Minggu, 16 Oktober 2011

Mengakui Kelemahan


Bacaan: 2 Korintus 12:7-10

..."Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."...- 2 Korintus 12:9

Suatu kali ketika kantor kami tengah mencari seorang tenaga administrasi, saya mewawancarai beberapa orang pelamar. Dari begitu banyak pelamar yang saya temui, ada satu orang yang sangat unik. Ketika pertanyaan “Apa kelebihan yang Anda miliki?” dilontarkan, dia mampu memberikan serentetan jawaban yang cukup baik. Namun anehnya ketika diminta menyebutkan kelemahannya, tak ada satupun yang disebutkannya. Sungguh mengherankan melihat orang yang bisa melihat begitu banyak kelebihan yang dimilikinya, namun tak dapat menemukan satu pun kelemahan dalam dirinya. Bagi saya, hal itu justru menjadi nilai buruk dalam hasil wawancara.
Nobody is perfect. Tak ada seorang pun manusia yang sempurna selain manusia-Allah Yesus Kristus. Setiap orang memiliki kelemahan. Bahkan Superman pun punya krypton. Ketidakmampuan kita melihat kelemahan diri sendiri justru merupakan kelemahan kita yang terbesar. Ketika kita memandang diri kita sebagai sosok yang sempurna, berarti kita tidak akan pernah terpacu untuk memperbaiki diri. Bagaimana kita bisa mengurus perbaikan diri bila kerusakannya saja tidak bisa kita lihat?
Bagaimana ciri-ciri orang yang tak mampu melihat kelemahan diri? Ketika mendengar khotbah disampaikan membahas dosa/kelemahan tertentu, kita langsung teringat kepada orang lain. Dengan cepat kita melihat kelemahan si Anu atau si Itu sehingga lupa untuk introspeksi diri sendiri. Saat menemukan orang lain berbuat salah, kita marah besar atau kecewa berat. Kita sulit menolerir kelemahan orang lain karena kita selalu menganggap diri lebih baik atau lebih mampu dari mereka. Kita bahkan jadi sulit mengampuni dan lupa bahwa diri kita ini pun manusia berdosa yang masih membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Waktu kita mendapatkan teguran atau nasihat kita langsung tersinggung. Alih-alih menerima saran mereka, kita malahan menganggap mereka sedang membesar-besarkan masalah dan sengaja ingin menjatuhkan kita. Kita perlu belajar menyadari kelemahan diri dan meletakkannya di kaki Tuhan untuk disempurnakan dalam kasih-Nya.
Perbaikan diri dimulai dari kemampuan untuk melihat kelemahan diri.


Sumber  :  Renungan Spirit

Glow in the Dark


Bacaan:

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. - Matius 5:16

Dulu sekali, saat saya masih remaja, saya pernah memiliki t-shirt “glow in the dark”. Sesuai namanya yang berarti “bersinar di tengah kegelapan”, maka kaos saya ini akan memancarkan sinar saat berada di tempat yang gelap. Saat ini kita banyak menemukan mainan atau semacam asesoris “glow in the dark” yang biasanya ditempel di dinding kamar atau di langit-langit kamar. Saat lampu dimatikan maka asesoris-asesoris itu akan memancarkan sinarnya yang khas. Semua yang berjenis “glow in the dark”, baik kaos, mainan, stiker, dll. hanya akan berfungsi jika berada di tempat gelap. Kalau di tempat terang, maka keistimewaan “glow in the dark” tidak akan terlihat sama sekali.
Tahukah Anda bahwa kita semua memiliki destiny sebagai “glow in the dark”? Tuhan sendiri berkata bahwa kita adalah terang dunia. Logikanya, terang hanya akan berfungsi di tempat gelap. Sayangnya, banyak orang Kristen justru hanya menunjukkan terangnya di tempat yang terang. Lupa, bahwa yang memerlukan penerangan adalah tempat-tempat yang gelap.
Mari kita teladani bagaimana pelayanan Yesus. Memang Dia juga mengajar di rumah Allah, tapi jangan pernah lupa bahwa sebagian besar waktu-Nya tidak dihabiskan di sinagoge (rumah Allah). Dia menghabiskan sebagian besar waktu-Nya di lapangan dan di tempat-tempat gelap yang perlu Dia terangi! Dia lewatkan waktu-Nya di pantai, di pasar, di bukit-bukit, di rumah pemungut cukai, di tempat yang memungkinkan seorang pelacur datang kepada-Nya.
Menjadi terang adalah mudah, sebab kita sendiri adalah terang adanya. Namun menjadi terang yang menyinari kegelapan, itulah yang sulit. Menjadi orang Kristen itu mudah, tapi menjadi orang Kristen yang berdampak bagi lingkungan dimana dia berada itulah yang penting. Dunia kita sedang berada dalam kegelapan dan kekelaman sedang menyelimuti bangsa-bangsa, inilah waktunya kita tampil untuk menerangi mereka, glow in the dark!


sumber  :  Renungan Spirit

Rabu, 12 Oktober 2011

Memelihara Tanggung Jawab


Bacaan: Amsal 27:18-20

Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya ... - Amsal 27:18


Ada yang menarik dari pohon persik. Pohon persik yang dibiarkan begitu saja akan tumbuh dan menghasilkan buah, namun buahnya akan cenderung kecil, keras dan rasanya masam. Hasil yang sama sekali tidak memuaskan, sekaligus mengecewakan. Untuk memperoleh hasil panen yang luar biasa berupa buah yang lezat dan manis, maka tidak ada pilihan lain kecuali diperlukan kerja keras dan perhatian yang cermat. Tiap batang pohon harus disirami, dipangkas, disemprot dan dijarangkan. Selain itu, pemeliharaan yang terus menerus diperlukan untuk menghindarkan dari penyakit daun atau serbuan serangga.
No pain no gain. Jika tidak ada usaha, maka juga tidak ada hasil. Jika usaha kita biasa, maka hasilnya juga biasa. Jika usaha kita asal-asalan, maka hasilnya juga akan mengecewakan. Itu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Itu hukum kehidupan yang akan terus berlaku.
Pekerjaan, bisnis dan pelayanan yang kita lakukan pun sama seperti pohon persik tersebut, yang memerlukan perhatian secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Jadi, hasil seperti apa yang kita kehendaki? Atau buah seperti apa yang kita ingin petik? Demikian juga halnya kita akan melakukannya. Sebagai seorang pebisnis yang menginginkan usaha kita berjalan dengan maksimal, maka jelas kita tidak boleh hanya duduk-duduk santai saja, melainkan kita terus memantau dan memperhatikan dengan seksama bagaimana jalannya perusahaan kita. Kalau perlu kita harus turun langsung ke tempat kerja, mengontrol secara langsung, memberi waktu lebih banyak kepada pelanggan atau klien secara langsung untuk mendengarkan feedback dari mereka.
Itu salah satu contoh saja dari hasil sederhana yang bisa kita kerjakan. Dalam pelayanan hal yang sama juga berlaku. Jika kita ingin pelayanan kita optimal, maka kita pun harus berani bayar harga lebih lagi. Sebenarnya semuanya berpulang kepada kita. Usaha kita akan menentukan hasil. Ketekunan setiap hari akan memberikan benefit besar dan memungkinkan setiap pekerjaan, bisnis, dan pelayanan kita menghasilkan buah yang manis, seperti yang kita harapkan sebelumnya. Untuk hal ini, ada dua musuh besar yang perlu kita waspadai, yaitu kemalasan dan kehilangan fokus dengan usaha yang kita kerjakan saat ini.
Peliharalah terus menerus tanggung jawab Anda, demi hasil yang optimal.


Sumber   :  Renungan Spirit

Reputasi


Bacaan:

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?- Galatia 3:3

Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, pernah berkata, “Dibutuhkan waktu dua puluh tahun untuk membangun reputasi dan lima menit untuk menghancurkannya. Jika memikirkan hal ini, Anda akan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.”
Karena untuk membangun reputasi dibutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang, itu alasan mengapa reputasi adalah sesuatu yang sangat berharga dan mahal. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dan mahal itu dijaga sedemikian rupa. Sayangnya, banyak orang melakukan kebodohan dengan menghancurkan reputasinya sendiri. Seperti yang kita tahu, satu-satunya orang yang bisa menghancurkan reputasi kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Meski ada orang mencoba menghancurkan reputasi kita dengan gosip, fitnah, atau berita-berita murahan, reputasi kita akan tetap terjaga.
Saat saya menulis renungan ini, pemberitaan mengenai terlibatnya tindak kriminal salah satu pejabat tinggi di negara kita sedang ramai-ramainya dibicarakan. Padahal sebelumnya dia dikenal sebagai orang yang cukup berjasa dalam memajukan Indonesia. Sayang, nila setitik rusak sebelanga. Berpikir pendek, saya rasa itu penyebab mengapa seseorang “rela” menghancurkan reputasinya sendiri yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Reputasi Daud sebagai raja yang bijak, yang pemberani, yang disertai Allah sudah tidak bisa diragukan lagi. Namun reputasi yang dibangun bertahun-tahun seolah-olah menguap saat ia memutuskan untuk berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan cara yang sangat licik.
Membangun reputasi itu butuh proses yang lama, sedangkan untuk menghancurkannya butuh waktu sekejap. Pikirkan ini, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati untuk tidak menghancurkan reputasi kita sendiri.

Sumber  :  Renungan Spirit

Anda Orang Penting!


Bacaan: Mazmur 139:13-24

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.- Mazmur 139:14


Executive Digest memuat sebuah tulisan sederhana yang tertulis di sebuah motel agar semua pekerjanya tetap masuk kerja, demikian isi tulisannya: “KAMU ITU PENTING”. Bila kamu ingin membolos tanpa memberitahukan pimpinan, dan kamu pikir bahwa ketidakhadiran satu orang tidak akan mengganggu maka kamu membuat pimpinanmu seperti seorang yang mengetik dengan mesin ketik yang satu hurufnya hilang. Dia memang bisa mencarikan seseorang untuk menggantikanmu, tapi hasilnya tentu tidak akan sama seperti bila dia bekerja dengan orang yang memang tepat untuk pekerjaan itu.
Apakah kita menyadari bahwa diri kita adalah orang penting? Demikian juga apakah kita menganggap setiap orang itu penting? Setiap orang itu penting, bukan karena kedudukan, kekayaan, popularitas, kekuasaan atau predikat hebat apa yang melekat di dalam dirinya. Setiap orang penting karena Tuhan memang menciptakan setiap orang itu penting. Setiap orang penting karena setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Daud menulis kejadian hidupnya yang dahsyat di dalam Mazmur 139:14 ,”Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”
Kesadaran untuk melihat bahwa setiap orang penting adalah hal yang sangat positif untuk membangun hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Jika kita tidak menganggap orang lain itu penting, bisa dipastikan akan ada masalah serius di dalam hubungan kita dengan orang lain. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa melihat bahwa setiap orang itu penting? Awali dari diri kita lebih dulu. Kita tidak mungkin bisa melihat orang lain penting sebelum menyadari diri kita adalah penting dan sebelum orang lain menganggap kita penting, kitalah yang harus menganggap diri kita penting terlebih dahulu. Kita penting sebagaimana diri kita penting bagi Allah, karena Allah punya kepentingan ilahi untuk mengimplementasikan kerajaanNya bagi dunia melalui diri kita. Ingat, Anda adalah orang penting sebagaimana Allah penting untuk hidup Anda.
Melihat bahwa setiap orang itu penting adalah kunci keberhasilan dalam membangun hubungan.


Sumber  :  Renungan Spirit

Kamis, 06 Oktober 2011

Power of Worship 2


Bacaan: Lukas 18:9-14

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.- Lukas 18:14

3. Kekudusan
Setiap kali kita datang kepada Tuhan melalui pujian penyembahan yang kita naikkan, pastikan kita datang dalam kekudusan. Hanya dengan kekudusan kita bisa bertemu Tuhan dalam hadirat-Nya, sebagaimana Ibrani 12:14 menyatakan, “Sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Jika kita tidak bertemu dengan Tuhan, berarti nyanyian yang kita berikan sama sekali tidak ada artinya. Yesus juga mengajar kita pentingnya hidup kudus saat akan beribadah. Jika memang ada ganjalan atau masalah dengan saudara kita, baiklah kita membereskannya lebih dulu, baru kita datang kepada Tuhan (Matius 5:24). Mengapa harus seperti itu? Karena Allah itu kudus, maka setiap orang yang datang kepada-Nya harus datang di dalam kekudusan.
4. Lapar dan haus akan hal-hal dari Allah.
Kita datang bukan dengan hati yang dingin atau biasa-biasa. Kita datang kepada Tuhan dengan penuh kerinduan agar Tuhan benar-benar menjamah dan memuaskan kerinduan kita. Jika kita datang beribadah dan memuji menyembah Tuhan dengan bermalas-malasan, jangan berharap Tuhan akan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya kepada kita. Hanya orang yang benar-benar haus dan lapar yang akan dipuaskan (Matius 5:6).
5. Kerendahan hati.
Yesus memberikan perumpamaan tentang dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk beribadah, orang Farisi datang dengan kesombongan sementara si pemungut cukai datang dengan kesadaran bahwa dirinya orang berdosa yang sebenarnya tidak layak. Orang yang berdosa itulah yang justru dibenarkan Tuhan. Mengapa? Karena ia rendah hati! (Lukas 18:9-14) Demikian juga unsur kerendahan hati perlu kita miliki saat kita memuji dan menyembah Tuhan. Kesombongan adalah hal yang sangat dibenci oleh Tuhan, sementara kerendahan hati justru akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya. Sikap hati seperti apa pada saat kita datang kepada Tuhan?
Hanya dengan sikap lapar dan haus akan Tuhan, kita akan dipuaskan dalam hadirat-Nya.

Sumber  : Renungan Spirit

Rabu, 05 Oktober 2011

Mission at Work


Bacaan:

-


Mengabarkan Injil enggak selalu harus dengan cara meninggalkan dunia kerja sekuler untuk masuk ke sekolah teologia. Kita tetap bisa menjalankan misi Kristus di tengah-tengah tempat kerja kita saat ini. Mau tau caranya? Simak dan terapkan yang berikut ini:
Action
Perbuatan berbicara lebih keras dari khotbah apapun juga. Lewat perbuatan kita bisa mengabarkan kasih dan karya Kristus dalam kehidupan kita. Melalui perbuatan jugalah orang bisa tertarik untuk mengenal Kristus. Banyak orang Kristen menggebu-gebu dalam menceritakan tentang Kristus pada rekan-rekan kerjanya, but tanpa perbuatan nyata yang bisa dirasakan orang-orang sekitar, sia-sia aja apa yang dia lakukan. Doi sekedar mendapat merk Kristen fanatik tapi enggak mampu menyentuh hati orang lain. Perbuatan kita memegang peranan penting banget untuk membuat orang lain jadi rindu mengenal Tuhan ato malah males denger soal Tuhan. So, perbuatan seperti apa yang bisa memberi pengaruh bagi orang lain di tempat kita bekerja?
Be Honest
Bersikap jujur dalam segala hal adalah kunci pertama yang musti kita pegang. Dalam hal sesepele apapun, jadilah orang yang bisa dipercaya. Jaga setiap kata- kata yang keluar dari mulut kita sebagai sumber yang paling bisa dipercaya. Perhatikan apakah setiap tindakan kita selalu berlandaskan kejujuran dan ketulusan. Gimana sikap kita kalo ada supplier yang menawarkan bonus alias fulus pelicin kelancaran bisnis? Apakah kita suka jalan-jalan ke mal pada jam kerja saat kita tugas di luar kantor? Apakah kita sering mencuri jam kantor dengan kegiatan yang enggak ada urusannya sama sekali dengan pekerjaan, misalnya internetan, telpon pribadi, ngobrol enggak ada habisnya ama temen kantor, etc. Apakah kadang-kadang kita memanipulasi biaya operasional kantor untuk kepentingan pribadi? Mencharge biaya taksi, bensin, atau ongkos yang sebenarnya enggak kita keluarkan? Kita harus belajar bersikap jujur dalam hal sekecil apapun supaya saat kita bicara soal Kristus, orang enggak akan ngetawain kita karena record buruk yang udah kita buat. Bila kita bisa dipercaya, orang lain akan lebih mudah mempercayai kesaksian kita tentang karya Kristus.
Kasih
Enggak bisa disangkal lagi, identitas kekristenan yang paling mencolok adalah dalam hal kasih. Karenanya kalo kita ngakunya orang Kristen, orang lain akan langsung mengharapkan tindakan kita yang penuh kasih. Enggak sombong, enggak kasar, pemaaf, baik hati, suka menolong, dst. Emang sih untuk melakukannya jelas butuh pengorbanan. Tapi, toh kita berbuat kasih bukan untuk mendapatkan pengakuan ato pujian dari orang-orang, kan? Kita berbuat kasih karena hati kita telah dipenuhi oleh kasih Kristus sehingga kasih itu meluap keluar dan memberkati orang lain.
Nilai Plus!
Kalau ingin memberi kesan lebih, berilah nilai lebih pada diri kita sendiri. Bukan berarti kita harus menjadi orang yang paling keren di tempat kerja. Jadilah orang yang diatas rata-rata dalam perbuatan baik. Sikap kita dalam bekerja, hasil pekerjaan kita, inisiatif kita dalam bekerja, kedisiplinan, kesungguhan dalam bekerja, kerajinan, kerelaan untuk bekerja keras, dll. Yang jelas sebagai anak Tuhan, sudah sepantasnya bila kita berusaha bekerja dengan baik karena kita tahu bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu adalah wujud pelayanan kita kepada Tuhan.
Ramah & Rendah Hati
Sikap ramah dan rendah hati memudahkan kita menarik minat orang lain untuk mengenal kita - termasuk juga mengenal Kristus yang ada dalam hidup kita. Orang bakalan malas ngobrol dengan kita kalo kita selalu menampilkan wajah tegang dan gengsi untuk menyapa orang lain terlebih dulu. Keramahan dan kerendahan hati kita yang tulus pasti akan berbuah manis, percaya deh!
No Judgement
Jangan pernah menghakimi orang lain, baik dosa-dosanya maupun agama dan kepercayaannya. Memberitakan Injil bukan soal membuat orang lain berpindah agama menjadi Kristen. Menginjili seharusnya tidak dilakukan dengan merendahkan keyakinan orang lain. Bagaimanapun juga hargailah pandangan dan keyakinan orang lain. Kita bisa kok memberitakan Kebenaran tanpa harus menghakimi. Biarkan orang lain yang menimbang dan mengalami sendiri Kebenaran yang kita sampaikan.
Kepada orang yang masih hidup dalam dosa, jangan menuding dan menghakiminya. Tetapi jangan pula menolerir dan membenarkan perbuatannya. Nyatakan kebenaran dengan tegas dan penuh kasih. Perhatikan bagaimana Yesus merangkul orang-orang berdosa dan membawa mereka kepada pertobatan.


Sumber  :  Renungan Spirit

Selasa, 04 Oktober 2011

Speak Out !


Bacaan: 1 Timotius 4:1-16

-


Gue enggak berani kasih nasihat, soalnya gue sendiri juga enggak sempurna. So, mendingan gue diem daripada kelak enggak bisa ngejalanin apa yang gue ucapin. Ada orang-orang yang punya prinsip seperti itu, akibatnya dia enggak pernah berani mengutarakan apa yang benar. Kalo prinsip seperti itu dipegang, sayalah orang yang paling enggak berani untuk menulis. Saya enggak akan pernah jadi penulis renungan karena kelak saya akan dituntut kalo gagal melakukan apa yang pernah saya tuliskan. So, kalo semua orang berprinsip seperti itu, kebenaran enggak akan pernah dinyatakan.
Girls, saya sendiri sadar bahwa saya bukanlah orang yang sudah sempurna. Saya sendiri juga punya perjuangan dan pergumulan hidup. Tapi kita enggak boleh bungkam membiarkan kesalahan terjadi dan menolerir dosa dalam kehidupan kita. Sama seperti kita juga enggak boleh jadi orang munafik yang cuma pinter ngomong (ato nulis) tapi enggak melakukan apa yang kita sampaikan. Kebenaran harus kita nyatakan.
Memang ada kalanya apa yang pernah kita sampaikan / nasihatkan kepada orang lain, akan berbalik menuntut diri kita sendiri. Namun itulah dahsyatnya kekuatan Firman Allah yang mampu menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Ibr. 4:12) Jujur saja bukan sekali dua kali saya sendiri ditegur, diuji, dikuatkan dan diberkati lewat tulisan maupun perkataan yang pernah saya ucapkan sendiri.
Jadi, enggak perlu bungkam karena takut diuji. Kita menyampaikan kebenaran Firman Allah bukan agar dipandang rohani, kan? Kita juga tidak menyampaikan kebenaran supaya kita dihormati atau dianggap lebih tahu dari orang lain. Kita menyampaikan kebenaran karena kita mengetahui kebenaran dan hidup kita pun telah dimerdekakannya. Kita menyampaikan kebenaran supaya orang lain tidak tersesat melainkan selamat. Ya, memang kita yang berbicara akan dituntut lebih banyak, namun karunia dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan pun harus kita pertanggung jawabkan. Maka, enggak perlu takut mengucapkan kebenaran!

Sumber : Renungan Spirit

Sedia Payung Sebelum Hujan


Bacaan: Kejadian 41

-


Waktu kecil, ketika saya pertama kalinya menerima uang saku, senengnya bukan main. Ayah saya memberikan uang saku sekali seminggu. Tentunya beliau ingin mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana mengelola uang meski tidak banyak. Hari Minggu adalah hari yang paling ditunggu karena itulah “hari gajian” kami. Anak-anak menerima uang jajan untuk dipergunakan di hari Senin sampai Sabtu mendatang. Pertama-tama, karena belum pernah pegang uang sebelumnya, saya membelanjakan uang itu untuk membeli jajanan yang saya inginkan di sekolah. Tak terasa uang sudah habis di hari kedua. Akibatnya, saya harus puasa jajan selama hari Rabu sampai Sabtu. Itulah pelajaran pertama dalam hidup saya, bagaimana pentingnya mengelola keuangan.
Hari-hari ini dunia sedang menggeliat kesakitan karena krisis ekonomi. Krisis besar-besaran ini adalah krisis keuangan terbesar sepanjang dunia modern. Resesi global sudah mulai terjadi diawali dari Amerika yang selama ini diyakini sebagai negara terkuat. Bahkan negara-negara yang selama ini dianggap maju dan stabil seperti Singapura dan Inggris telah merasakan dampaknya. Sebagai anak muda yang ngakunya modern ;) jangan sampai kita enggak tau apa-apa soal hal ini. Kalo selama ini kita sudah terbiasa hidup nyaman dalam kelimpahan, sekaranglah waktunya kita menggantinya dengan gaya hidup hemat sebelum terlambat.
Girls, kita memang punya Tuhan yang senantiasa sanggup mencukupi kebutuhan kita. Kita punya Allah yang enggak terbatasi resesi untuk memberkati kita. Tapi Tuhan tidak menghendaki kita hidup seperti orang bebal. Kita bisa meneladani Yusuf yang penuh hikmat Allah, mempersiapkan diri menjelang masa kelaparan selama 7 tahun, bahkan menyelamatkan hidup suatu bangsa yang besar. (Kej. 50:20)
Mulai sekarang kita harus lebih bijak dalam mengatur keuangan kita. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari gara-gara kebodohan kita sendiri. Hiduplah dengan hemat dan bijaksana. Malam minggu enggak selalu harus jalan-jalan ke mall (yang artinya bakalan bikin kita jadi pengen ini itu). Rutinlah menabung dan rencanakanlah pengeluaran dengan baik (bukan hanya membuat catatan pengeluaran saja). Enggak perlu kuatir akan hari esok, selama kita hidup dalam kehendak Tuhan. Okay, girl... be smart!


Sumber  : Renungan Spirit

Power of Worship 1


Bacaan: Matius 15:7-11

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,padahal hatinya jauh dari pada-Ku.- Matius 15:8

Pujian penyembahan tidak hanya sekedar bagian dari acara liturgi gereja saja. Pujian penyembahan dalam ibadah juga tidak hanya sekedar acara entertain atau tontonan untuk memberi hiburan. Pujian penyembahan bukan hanya kegiatan menyanyi, mengangkat tangan, atau bersorak-sorai tanpa arti. Pujian penyembahan adalah ekspresi terdalam yang keluar dari hati untuk mengagungkan Tuhan, pada saat yang sama akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya turun ke dalam hidup kita. Bagaimana supaya pujian penyembahan yang kita naikkan kepada Tuhan membuka pintu sorga dan menarik kuasa-Nya turun ke tengah-tengah kita? Inilah beberapa unsur pujian penyembahan yang perlu kita miliki.
  1. Ekspresi hati dan keintiman.
    Pujian penyembahan bukan hanya sekedar mengeluarkan suara atau menyanyi biasa. Pujian penyembahan sudah seharusnya keluar dari hati kita yang paling dalam sebagai ekspresi pengagungan kepada Tuhan. Pada saat kita memuji Tuhan seharusnya kita benar-benar meresapi setiap syair yang kita nyanyikan. Selain itu pujian penyembahan adalah wujud keintiman kita dengan Tuhan. Pujian penyembahan akan membuat kita menjadi dekat dan erat dengan Tuhan.
  2. Kebenaran dan ketaatan.
    Tuhan tidak hanya melihat “kehebatan” kita dalam terlibat pujian penyembahan di gereja, tapi Dia juga menyelidiki hidup kita, apakah kita hidup di dalam kebenaran dan ketaatan sesuai dengan Firman-Nya. Pujian penyembahan yang kita naikkan kepada Tuhan bisa memiliki kuasa kalau kita sebagai penyembah memiliki hidup yang benar di hadapan-Nya. Penyembahan yang dilakukan dengan benar adalah hal yang baik, namun Tuhan tidak hanya sekedar mencari penyembahan yang benar, tapi Dia mencari penyembah yang benar. Tidak ada gunanya kita pintar menyembah tetapi tidak menjadi penyembah yang benar. Penyembahan yang baik tidaklah cukup untuk menarik kuasa Allah, penyembah yang benarlah yang akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya!
Tuhan mencari penyembah yang benar, bukan penyembahan yang benar.


Sumber  : Renungan Spirit
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

free counters
Free counters
No Rek : Nomer Rekening
A/N : Nama Anda

VISITORS ON THIS BLOG