Rabu, 21 September 2011

Mujizat Masih Ada

Mujizat Masih Ada“Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu” Yesaya 43.1b-3a

Banyak orang yang tidak tahan ketika berbagai masalah datang bertubi-tubi dalam kehidupannya. Dan tidak sedikit yang protes kepada Tuhan mengapa hidup mereka begitu susah, mengapa mereka tidak pernah lepas dari berbagai masalah, mengapa mereka belum menerima jawaban atas doa-doanya, dan mengapa mereka tidak mengalami mujizat dalam kehidupan mereka. Mungkin kita pernah mengalaminya atau bahkan saat ini kita sendiri dalam kondisi seperti itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika kita menghadapi berbagai macam masalah dan pencobaan dalam kehidupan kita, kita harus tetap berpegang teguh kepada Firman Tuhan.
Firman Tuhanlah yang menjadi satu-satunya kekuatan bagi hidup kita.
FirmanNya akan senantiasa memberi kekuatan baru dalam hidup kita. Melalui janji-janjiNya Dia akan menuntun hidup kita dan memberi kita hikmat atas segala masalah yang kita hadapi. Melalui FirmanNya Dia menghibur dan memberikan damai sejahtera bagi hidup kita. Dan melalui FirmanNya, kita senantiasa dikuatkan dalam pengharapan kita kepada Yesus dan kepada setiap janji-janji yang telah diberikan bagi kita.
Ketika pengharapan itu tetap terpelihara dalam hidup kita, maka kita akan menjadi kuat untuk mengatasi dan menjalani berbagai masalah dalam hidup kita. Iman kita tidak akan tergoyahkan oleh karena pengharapan akan membawa kita maju terus berlari menggapai tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita.” Ibrani 6:19-20b
Syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus, karena pengorbananNya kita dapat menaruh pengharapan kita kepadaNya setiap waktu, kapanpun dan di mana saja kita berada.
*courtesy of PelitaHidup.com
Yesus berjanji bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita, meskipun kita menyeberang melalui air atau melalui sungai-sungai, kita tidak akan dihanyutkan; meskipun kita berjalan melalui api, kita tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar kita. Ini berarti bahwa Tuhan akan menyatakan mujizat-mujizatNya dalam kehidupan kita. Hal-hal yang terlihat mustahil akan menjadi mungkin dalam kehidupan kita.
Sama seperti ketika bangsa Israel dikejar orang-orang Mesir dan harus menyeberang Laut Teberau, Tuhan menyatakan mujizat, membelah laut dan membukakan jalan bagi mereka, sehingga mereka dapat menyeberang dengan aman bahkan tanpa basah sekalipun, serta dilepaskan dari bahaya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Juga seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dilempar ke dapur api oleh karena memegang teguh percayanya kepada Tuhan Allah yang mereka sembah. Sekalipun dapur api dipanaskan berkali-kali lipat, sampai orang yang melempar mereka ikut mati terbakar, mereka tidak terbakar sedikitpun dan tetap hidup. Sehelai rambut merekapun tidak ada yang terbakar. Mujizat terjadi dan nama Tuhan dipermuliakan.
Mujizat masih ada hingga saat ini. Tuhan Yesus tidak pernah berubah dahulu, sekarang sampai selama-lamanya. Sebesar apapun masalah yang harus kita seberangi, dan sepanas apapun situasi yang sedang kita hadapi, mari kita tetap serahkan hidup kita pada tuntunan Tuhan. Tetap percaya kepada janjiNya bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita dan membawa kita menyeberangi masalah yang sedang kita hadapi dan akan melepaskan kita dari situasi panas apapun yang sedang kita hadapi. Mujizat pasti terjadi.
Jangan takut atas apa yang akan terjadi atas hidup kita karena Tuhan telah menebus hidup kita, Dia sendiri yang telah memanggil hidup kita sehingga hidup kita menjadi milik kepunyaanNya, dan Dia sendiri juga yang akan membela hidup kita. Dia tidak akan mempermalukan umatNya yang berseru dan berharap kepada Dia. Dia akan melepaskan kita dari segala kesusahan dan memberi kemenangan atas setiap masalah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Mari tetap hidup dalam FirmanNya dan tetap berharap kepada Yesus, karena mujizat masih ada. Haleluya!
.
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” 1 Petrus 4:12
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lukas 1:37
Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! ” Markus 9:23

From : http://www.pelitahidup.com

Pemulihan : Mengatasi Rasa Bersalah Untuk Bangkit

pemulihan-mengatasi-rasa-bersalah-untuk-bangkitMazmur 51:3-12
3. Kasihanilah aku, ya, Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! 4. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! 5. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. 6. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 8. Sesungguhnya, engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. 9. Bersihkanlah aku dari pada dosaku  dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! 10. Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorai kembali! 11. Sembunyikanlah wajahMu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! 12. Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Apakah saudara  merasa bersalah hari ini atau pada hari-hari yang sudah berlalu ? Minggu ini saya merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dapat saya lakukan, tidur  terlalu larutsehingga membuat kepala saya pusing, saya telah batal mengunjungi seseorang yang sedang berada di rumah sakit. Rasa bersalah itu dapat saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena kita tidak  melakukan sesuatu yang seharusnya, misalnya  telah berbicara menyinggung/menyakiti hati  orang lain, telah marah secara berlebihan, tidak mengendalikan lidah, terlalu curiga, terlalu khawatir, tidak terbuka, tidak jujur, telah mencemaskan sesuatu yang tidak terjadi, tidak belajar ketika akan menghadapi ujian sekolah dan lain-lain.
*courtesy of PelitaHidup.com
Apakah rasa bersalah itu ?
Rasa bersalah adalah sebuah perasaan yang tidak merasa bahagia,tidak merasa ada damai  dan tidak tentram. Perasaan yang buruk, salah, tidak berharga, merasa gagal, merasa malu dan kalah karena sesuatu perbuatan yang telah dilakukan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan bersalah itu muncul karena kegagalan untuk mencapai standar-standar perilaku yang telah kita tetapkan sendiri. Misalnya ketika kita telah mengecewakan atau menyakiti hati seseorang, itu merupakan suatu perilaku yang buruk atau dosa.
Maka solusinya adalah kita belajar cara hidup yang  baik agar tidak merugikan oranglain atau siapapun. Jika ini kita lakukan tentunya kita tidak akan merasa bersalah. Pandangan seperti ini melihat bahwa dosa itu adalah masalah horizontal saja, yaitu hubungan sesama antar manusia.Berbeda dengan pandangan Alkitab,bahwa dosa itu juga memiliki dimensi vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Allah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Rasa bersalah itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Daud, adalah merupakan suatu dosa.Dosa itu menyakiti hati Allah.Alkitab mengatakan bahwa pada dasarnya kita semua bersalah.“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”, (Roma 3:10).Artinya kesalahan itu sifatnya universal atau umum.Di mata Allah semua manusia bersalah, karena manusia cenderung tidak mau dipimpin oleh Allah dan memberontak terhadap-Nya.
Apa yang  Daud telah ungkapkan dalam Mazmur  51 ini, adalah sebuah pengakuan dosa dari Daud. Nabi Natan telah diutus Tuhan datang kepada Daud supaya membeberkan dosa perjinahan yang telah dilakukan Daud dan pembunuhan yang telah direncanakan/dilakukan oleh Daud, dalam kisah 2 Sam.12 : 1-13. Dalam kisah ini, Daud  telah melakukan perjinahan dengan istri Uria bernama Batsyeba, dan karena hendak mengambilnya menjadi istrinya maka Daud dengan sengaja merencanakan dan membiarkan Uria mati dalam peperangan.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah Uria dibarisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati”, 2 Sam 11:15. Ini merupakan sebuah rencana pembunuhan yang dibuat oleh Daud terhadap Uria dan  Uriapun mati dalam pertempuran. Maksudnya ialah supaya ia dapat memiliki Batsyeba, mengambilnya menjadi isterinya.
Nabi Natan kepada Daud, dan ia menceriterakan  kepada Daud tentang seorang kaya yang mengambil anak domba satu-satunya kepunyaan orang miskin untuk menjamu tamu orang kaya tersebut,maka marahlah Daud, agar supaya orang kaya itu dihukum mati karena tidak mengenal belas kasihan. Melalui cerita itu Natan menegur Daud bahwa Daudlah orang itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?”, 2 Samuel 12: 9a. Akhirnya Daud sadar akan apa yang telah diperbuatnya, keadaan itu membuat Daud menjadi gelisah dan tidak tenang, hidupnya diliputi oleh rasa bersalah. Apa yang tidak berkenan dan yang jahat bagi  Allah telah ia perbuat.  Daud merasa hidupnya sudah tidak nyaman lagi karena ia terus dibayang-bayangi oleh perbuatannya yang berdosa itu.  Ia merasa bersalah, dan hatinya tidak tentram. Daud menginginkan ketenangan itu kembali dalam hidupnya, namun hal tersebut tidak akan diperolehnya sebelum ia membuat pengakuan yang jujur dengan sepenuhnya kepada Allah. Bagaimanakah Daud mengatasi rasa bersalahnya untuk bangkit kembali ?
Ada 4 hal yang dilakukan oleh Daud, yaitu:
  1. Bergumul melawan  dosa

Daud tidak langsung bertobat ketika ia berselingkuh dengan Batsyeba. Memerlukan beberapa waktu lamanya  sampai hal yang telah dilakukannya itu menjadi suatu pergumulan dalam hatinya. Setelah nabi Natan datang kepada Daud dan menceriterakan kisah tentang seorangkayayang  mencuri domba dari  seorang miskin, barulah Daud mengerti tentang kesalahannya. Mendengar kisah ini Daud baru sadar akan kejahatan yang telah ia perbuat itu.
Untuk memperoleh pengampunan dan pembaharuan dari Allah atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat itu tidaklah mudah. Apalagi jika seseorang itu telah mengalami keselamatan dan kemudian terjerumus ke dalam suatu kesalahan atau dosa maka akan mungkin mengalami pergumulan rohani yang panjang untuk mengalami pertobatan dan pemulihan. Pengampunan selalu ada pada Allah, yang Ia kehendaki ialah  supaya kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari Daud kita dapat belajar bahwa betapa menakutkan melukai hati Allah yang kudus setelah kita diberkati oleh Allah. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku”, ayat 5. Ini merupakan suatu kesadaran tentang tanggungjawab pribadi atas kesalahannya. Kata yang sering muncul dalam bacaan Firman Tuhan di atas ialah pelanggaranku, kesalahanku, dan dosaku.
Daud tidak mencari-cari alasan atau pembelaan, dan pembenaran terhadap dirinya mengapa iasampai berbuat dosa. Daud juga tidak menyalahkan pada keadaan yang membuat kesempatan itu terjadi, juga dia tidak  mempersoalkan ketidak-pengetahuan, atau karena kebutuhan, karena godaan, juga dia tidak melibatkan Batsyeba yang harus ikut menanggung kesalahan dalam perjinahannya, sehingga pembunuhan itupun terjadi.
Kesalahan yang dilakukan Daud itu adalah tanggungjawab Daud sendiri. Pengakuan yang sejati itu ialah mengakui kesalahannya dengan tidak mencoba berdalih. Daud tidak mau tinggal terus menerus dalam dosanya, karena itu ia datang kepada Allah untuk memohon pengampunan supaya dipulihkan.  “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”, 1 Yohanes 1:9
Kita harus bergumul melawan dosa, sebab dosa itu melawan Tuhan.Jangan biarkan dosa itu tetap tinggal dalam hidup kita tapi lawan dan perangilah itu.Hadapi dosa itu,dengan bersikap terbuka dan jujur dihadapan Allah.Jangan ada yang disembunyikan akuilah semua kesalahan dan dosa itu kepada Allah.Allah pasti mendengarkan semua beban kita, karena Ia selalu setia terhadap kita. Ia mengasihi kita.
Membiarkan dosa dan tidak mengakuinya, ini mencegah kita untuk menikmati hubungan dan persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang menyangkal dosanya atau berusaha menyembunyikannya, tidak mau mengakuinya, tidak menyesali dan meninggalkannya, tidak akanmerasa tenang dalam hidupnya dan tidak akan bertumbuh secara rohani. Pengampunan dan kemurahan Allah itu tersedia bagi semua orang yang mau datang kepadanya dengan sungguh hati untuk menerima pemulihan. “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”, Amsal 28:13.

2. Mengakui bahwa dosa itu melawan Tuhan

Setelah Daud menyadari kesalahanyang telah ia perbuat kepada manusia, ia juga menyadari bahwa terutama dosanya itu ialah kepada Allah. Firman Tuhan mengatakan bahwa dosa itu adalah perbuatan yang jahat dimata Allah.“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?Uria, orang Het itu, kau biarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kau ambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kau biarkan dibunuh oleh pedang bani Amon”, 2 Samuel 12:9.
Terlepas dari perbuatan Daud terhadap Batsyeba dan Uria suaminya, maka tindakan Daud itu pada akhirnya adalah menentang Allah. “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu”, ayat 6. Daudpun membuat sebuah pengakuan kepada Allah yang tanpa tersembunyi tentang kesalahan yang telah diperbuatnya. “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku”, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku, Mazmur 32:5.
Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh akan menghasilkan pengampunan.Dengan pengakuan tersebut apabila Allah menjatuhkan hukumanNya atas orang berdosa Allah tidak boleh dituduh kejam.Daud mengakui bahwa Allah itu adil dalam segala keputusanNya.Resiko akibat dosa yang telah diperbuatnya itu dapat diterima oleh Daud sebagai maksud baik Allah.
Ada resiko yang harus diterima oleh Daud akibat dari perbuatan dosanya itu, yaitu anaknya yang dikandung oleh Batsyeba itu ditulahi oleh Allah sehingga sakit dan akhirnya mati. Sekalipun Daud telah berpuasa dan menangis untuk  berdoa minta belaskasih Allah agar anak itu tetap hidup tetapi keputusan Allah tetap terlaksana. Allah mau menunjukkan keadilanNya walaupun hati Daud terluka oleh kematian anak tersebut, karena itu Daud sangat menyadari bahwa keputusan Allah adalah baik apapun juga.  Sekalipun Daud bersedih tetapi ia tidak bisa menolak kehendak Allah dan Daud  merima keputusan Allah itu sebagai sesuatu yang baik.
Sebab itu ketika anaknya itu mati, Daud bangkit dan menyembah Tuhan.Daud tetap menyembah Tuhan disaat luka dihatinya masih ada akibat kesalahannnya itu.“Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah”, 2 Samuel 12:20a.
Kesalahan itu mengandung resiko yang harus ditanggung. Saudaraku, bila saat ini engkau sedang mengalami suatu sakit, luka atau derita akibat kesalahan yang telah diperbuat di masa yang lampau anggaplah itu sebagai bentuk perhatian dan kasih Allah. Terimalah luka atau penderitaan yang wajar kita tanggung itu karena  akibat dosa atau  kesalahan kita, tapi jangan pandang  itu sebagai hukuman yang berkelanjutan, namun pandanglah itu sebagai sebuah proses penyembuhan yang akan terjadi kemudian setelah kita mengalami perubahan dalam hidup kita. Jika kita menyadari bahwa sesuatu beban yang kita terima/pikul saat ini adalah sebagai akibat dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, maka hal itu  harus kita terima sebagai sesuatu keputusan yang adil dari Tuhan.  Jadikan hal itu sebagai suatu peringatan atau sebagai kenangan indah untuk kita merasakan kasih Allah.
Jangan kecewa, jangan putus asa, tetaplah menyembah Dia. Dia mengasihi, sangat mengasihi sekalipun kita orang berdosa. Sebab tidak selamanya kita dibiarkan menderita. Justru dengan resiko yang diterima itu kita dapat merasakan betapa besar kasih dan keadilanNya.Ia pasti menyediakan yang terbaik lagi di masa yang akan datang sesuai proses perubahan hidup yang kita jalani. Dia akan mengubahkan keadaan yang buruk untuk menjadi sebuah kebaikan.

3. Menyadari orang berdosa  memerlukan pengampunan Allah

Daud mengakui bahwa sejak dari kandungan atau lahir dia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Daud menyatakan bahwa manusia itu sifatnya berdosa, dengan kata lain setiap orang itu sejak dari lahir memiliki suatu kecenderungan untuk melakukan suatu kesenangan dan keiinginan diri sendiri, yang bahkan dapat menyebabkan orang lain menderita.
“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”, ayat 7. “.. hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!’, ayat 3. Hapuskan artinya ‘dikikis’ dibersihkan seperti sebuah tulisan dihapuskan, sehingga tidak kelihatan lagi. “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!”, ayat 4. Dosa dilihat sebagai sesuatu yang berurat berakar secara dalam yang memerlukan pengobatan intensif, yaitu dengan membuang habis dosa sehingga menjadi tampak bersih.
Kecenderungan berdosa ini hanya dapat dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan di dalam Yesus Kristus yang telah membayar, menebus kita dengan kematiannya di kayu salib dan oleh tuntunan Roh Kudus.Kita membutuhkan pertolongan Tuhan, sebab usaha kita hanyalah sia-sia jika bukan karena Tuhan yang menolong untuk membebaskan kita.Pengampunan yang diberikan Tuhan itu akan memulihkan keadaan kita. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menyediakan pertolongan itu melalui kematianNya di kayu salib. Oleh sebab itu siapa yang datang dan percaya kepadaNya akan diselamatkan.

4. Penyerahan diri kepada Allah untuk dibaharui

Kita sebagai orang percaya sangat memerlukan Roh Allah mendiami kita untuk menciptakan di dalam diri kita hati yang selalu menjauhi dan membenci dosa. Roh Kudus itu akan membaharui kita untuk selalu merindukan dan melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. Hanya Allah saja yang dapat membuat  kita menjadi ciptaan baru dan memulihkan kehidupan kita. “Jadikanlah aku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”, Mazmur 51: 12.
Kita harus datang kepada Allah dan meminta pengampunanNya karena terhadap Allah kita telah berdosa. Daud mengakui kedalaman yang sebenarnya dari kesalahannya itu sebagai keadaan manusia sejak dilahirkan.Hanya Allah yang dapat membersihkan, hanya Allah pula yang dapat melaksanakan pemulihan jiwa dan tubuh secara sempurna dari kehancuran dan akibat dosa.“Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! (ayat 9-10).
Daud tidak akan merasa tenang sebelum ia mengutarakan segala dosanya dihadapan Allah. Perasaannya perih oleh penyesalannya atas keterlibatannya dalam pembunuhan terhadap Uria, Daud membawa jiwanyayang hancur itu kepada Allah sebagai persembahan yang sejati. “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur , hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah”, Mazmur 51:19. Tanpa jiwa yang hancur tampaknya segala korban itu tidak bermakna.Setelah Daud membuat pengakuan dosanya, maka nabi Natan langsung mengumumkan pengampunan dari Allah. Allah mengampuni Daud dan  Daud sadar tentang keajaiban kasih dan pengampunan yang begitu indah diberikan Allah kepadanya atas kesalahannya yang sangat besar itu.
Tidak mudah bagi Daud mengakui dosanya itu kepada Allah, namun ia berjuang melawan ungkapan hati terdalamnya itu kepada Allah sekalipun diliputi oleh rasa malu, direndahkan dan dipatahkan oleh rasa bersalahnya. Namun  akhirnyaia ditolong dari keputus-asan itu oleh  iman penyesalannya di dalam kasih Allah.
Dampak dari rasa bersalah itu memang sangat dalam seperti  perasaan ditolak, ketidakmampuan untuk mengatakan tidak, munculnya depresi, kecemasan, dan kehilangan keintiman rohani dengan Allah. Kita bukanlah sebagai orang yang pertama merasakannnya. Jangan lari dan menghukum diri menjadi korban rasa bersalah, sebab jika ini dibiarkan maka keputus-asaan dan kegagalan akan mendatangi kita. Alkitab telah mencatat dalam kitab Mazmur, tentang  gambaran keputus-asaan itu, “Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku”, Mazmur 38:5.
Saudaraku, Allah mengerti beban berat itu, dan Ia menyediakan jalan untuk mengatasinya.  Oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib, Ia menyatakan kita tidak bersalah dan ditebus dari dosa.  Jika kita terus saja berpegang pada rasa bersalah itu, maka kita seolah-olah lebih tahu dari pada-Nya, dan kita menyia-nyiakan pengorbananNya yang rela mati buat kita.Tuhan meminta kita untuk memperbaharui pikiran kita dengan kebenaran FirmanNya untuk membantu kita supaya terhindar dari ganjaran yang tidak menyenangkan.Keadaan memang tidak berubah tapi Allah akan memperbaharui kita dengan memberi kekuatan yang baru serta ia akan mengubah hidup kita menjadi manusia yang baru bagiNya, karena walaupun kita berdosa tapi dapat dibenarkan olehNya karena iman kita kepadaNya kepada kasihNya.
Secara emosional kita mungkin hidup begitu lama dibawah rasa bersalah sehingga menghukum diri sendiri dan tidak merasa ada kebebasan lagi  untuk menjadi baik. Bangkitlah, hadapi rasa bersalah itu, akui dihadapan Tuhan dengan terbuka, dengan jujur dan minta pengampunan dari Tuhan dan bertobat. Jangan berhentimencoba untuk dipulihkan, buang putus asa itu dan rasa ketidakbergunaan itu, datanglah kepadaNya sebab Allah selalu menunggu kita dengan setia.Berserahlah dan minta pengampunan dari Allah. Curahkan semua isi hati, tekanan-tekanan dan beban-beban berat yang menghimpit itu.Meraunglah, menangislah, menjeritlah kepada Tuhan, Dia menunggu dan mendengarkan. Bawalah seluruh jiwa dan hati yang hancur itu kepada Tuhan. Tuhan pasti meringankan beban itu dan memberikelegaan serta bebaskan dari semua beban berat yang menindih itu.  Allah tidak ingin membinasakan umatNya, Ia selalu menawarkan pengampunan jika kita mau bertobat. Pengampunan itu disediakan bagi semua orang , yang sekalipun telah berbuat dosa. “Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun  berwarna  merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih  seperti bulu domba, Yesaya 1:18.
Jika  ini sudah datang mengakui kesalahan itu kepada Tuhan dengan rendah hati yang tulus, rasakan betapa besar pengampunan yang diberikanNYa itu, rasakan betapa besar kasihNya itu. Allah adalah kasih.Dia Allah mengasihi, mengasihi orang berdosa.  Dia merindukan orang berdosa datang kepadaNya untuk dipulihkan.  Iblis memang suka mematahkan semangat, dan mengintimidasi kitasebagai orang tidak berguna orang berdosa, sekarang katakan kepada iblis bahwa engkau  telah dibebaskan dan dipulihkan Allah.Engkau sudah dibebaskan, sudah dimerdekakan oleh kasih karunia Tuhan.

Hiduplah sebagai seorang anak Allah yang telah diampuni. Buang rasa malu itu karena  hanya membuat jurang pemisah dalam hubungan kita dengan sesama dan Allah.Terimalah kebebasan dari rasa bersalah itu dalam kasih Allah yang telah dikaruniakanNya melalui pengampunanNya.  Bangkitlah sebagai seorangpemenang yang telah dibebaskan dan dibaharui dalam kasihNya. Berjalanlah dalam terang Firman Allah dan Roh Kudus, sebab di dalam Tuhan, masa depan itu sungguh ada. “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”, Amsal 23:18. Tuhan mengasihimu.
.
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis didalamnya, sebab waktunya sudah dekat”, Wahyu 1:3.

Sumber : http://www.pelitahidup.com

Pertandingan Iman : Memenangkan Mahkota

pertandingan-iman-memenangkan-mahkota“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” 1 Korintus 9:25

Dalam setiap pertandingan olahraga, selalu ada hadiah yang disediakan bagi pemenang. Dan setiap peserta pertandingan/perlombaan akan berusaha dengan maksimal agar mereka dapat memperoleh apa yang mereka kejar.
Merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai ketika kemenangan itu dapat diraih. Bahkan kita dapat melihat satu kota atau satu negara yang merayakan kemenangannya jika tim yang mewakili mereka dapat meraih juara. Tim tersebut akan dielu-elukan dan diarak ke seluruh kota.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tentunya mereka meraih posisi juara bukan tanpa perjuangan. Berbagai latihan keras mereka jalani agar mendapatkan performa yang maksimal. Kedisiplinan dalam berlatih harus terus dipertahankan agar mereka dapat menjadi juara. Berbagai teknik dan strategi diterapkan agar mereka dapat bersaing dengan lawannya dan memenangkan pertandingan.
Dan bagi mereka yang benar-benar mempersiapkan latihannya dengan sangat baik akan memperoleh juara dan menerima piala/medali atas kemenangannya.
Dalam hal kerohanian, ternyata kita juga harus menjalankan/mengikuti pertandingan/perlombaan iman. Kita tidak hanya menerima keselamatan dari Kristus saja, tetapi kita diwajibkan untuk mengikuti perlombaan iman.
*courtesy of PelitaHidup.com
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Ibrani 12:1

Tentu saja kita tidak sekedar mengikuti perlombaan itu tanpa memperoleh hasil. Sama dengan perlombaan/pertandingan olahraga, mahkota juara juga disediakan Tuhan bagi setiap kita yang dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik. Dan mahkota yang disediakan bukan sekedar mahkota yang fana dan dapat pudar seperti piala/medali yang diperoleh olahragawan, tetapi merupakan mahkota yang kekal dan abadi, yang jauh lebih mulia dan berharga dibanding mahkota di dunia ini (1 Kor 9:25).
*courtesy of PelitaHidup.com
.
Bagaimana kita dapat mengikuti pertandingan/perlombaan yang diwajibkan ini dan bahkan meraih mahkota yang Tuhan sediakan?

1. Menanggalkan semua beban dan dosa

Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita.” Ibrani 12:1
*courtesy of PelitaHidup.com
Jika seorang olahragawan mengikuti pertandingan dengan membawa sebuah tas yang tidak diperlukan dalam pertandingan tersebut, maka tas tersebut justru akan menjadi beban bagi dia dalam bertanding. Beban itu akan menganggu performanya sehingga akan mempersulit dia untuk meraih posisi juara.
Sama juga dengan beban hidup kita dan juga dosa yang masih kita perbuat, akan menganggu kerohanian kita. Beban hidup bisa berupa amarah, kekecewaan, sakit hati, iri hati, kesombongan, keputusasaan, keras hati dan lain sebagainya.
Jika kita masih membawa beban-beban tersebut dan melakukan dosa dalam kehidupan kita, maka kita akan kesulitan untuk dapat bertanding secara iman. Kita akan sulit berdoa, sulit membaca Firman Tuhan, sulit mengasihi sesama, sulit mengampuni dan masih banyak hal lagi yang akan menjadi sulit untuk dilakukan ketika masih ada beban dan dosa dalam hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Bagaimana mungkin kita dapat mengikuti pertandingan iman bahkan meraih mahkota jika kita masih membawa beban hidup dan melakukan dosa?
Mari tanggalkan segala beban dan dosa yang dapat menghalangi kita untuk menjalani pertandingan iman.
.

2. Melatih diri

Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” 1 Korintus 9:26

Pertandingan bagi seorang olahragawan tidak hanya berpusat kejuaraannya saja, tetapi merupakan proses. Proses dimulai dari latihan fisik, latihan beban, latihan teknik, latihan strategi, kerjasama tim, pola makan yang baik, pola hidup yang baik, pola tidur yang baik dan lainnya. Semua aspek dijalani dengan baik dan terencana agar dapat memperoleh performa yang maksimal ketika bertanding.
Demikian juga dalam pertandingan iman, kita harus menjalani kehidupan rohani kita dengan seksama. Kita harus melatih hidup kita agar kita menjadi kuat dalam iman. Iman yang kuat dan bertumbuh tidak diperoleh dalam sekejap saja, tetapi merupakan iman yang dibina hari lepas hari dengan tuntunan Firman Tuhan.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25

Melalui ibadah, doa, pembacaan Firman Tuhan, mengasihi sesama, mengampuni orang yang menyakiti kita, membantu sesama, menghormati orang tua, menjalankan pekerjaan dan bisnis secara jujur, tidak kompromi dengan dosa, menjaga kekudusan pernikahan, tidak mengikuti pergaulan yang buruk dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk melatih hidup kita agar dapat menjalani pertandingan iman dengan baik.

Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” 1 Timotius 4:7b-8
.

3. Berlomba dengan tekun

“…. dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Ibrani 12:1

Kesuksesan dalam pertandingan tidak diraih dalam waktu singkat. Banyak olahragawan yang memulai pelatihannya sejak usia dini dan mereka juga banyak menemui kekalahan dalam pertandingan-pertandingan yang dijalaninya. Tetapi kekalahan yang mereka alami tidak membuat mereka putus asa dan mundur. Jika mereka mengalami kekalahan, mereka akan kembali berlatih dan lebih giat lagi berlatih agar mereka dapat meraih kemenangan pada pertandingan berikutnya.
Ketekunan yang mereka jalani pasti akan membuahkan hasil yang manis pada waktunya. Olahragawan-olahragawan sukses yang berada di sekitar kita merupakan sosok-sosok yang bertekun dalam berlatih, bangkit dari kekalahan dan terus berlatih hingga meraih kemenangan.
Kegagalan dalam kehidupan kita merupakan hal yang biasa terjadi. Tidak ada kesuksesan yang tanpa diawali dengan kegagalan. Bahkan Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali sebelum dia sukses menemukan lampu pijar. Dan setelah itu dia menemukan banyak alat dan telah dipatenkan semuanya dengan jumlah 1.093 penemuan. Dia mengatakan bahwa:
“Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut dengan kegagalan”
“Jenius adalah 1 persen ide cemerlang dan 99 persen kerja keras”
Ketekunan dalam menjalani pertandingan iman yang diwajibkan bagi kita merupakan hal yang penting. Jangan menyerah ketika kita menemui berbagai masalah yang berat, jangan menyerah ketika kita disakiti oleh orang terdekat kita, jangan kecewa ketika keadaan tidak seperti yang diharapkan, jangan putus asa ketika tidak ada jalan keluar. Tuhan pasti akan memberikan kita kekuatan untuk menanggung semua yang kita alami.
Tetap setia mengiring Yesus, tetap tekun berdoa dan beribadah, tetap mengasihi sesama kita, tetap mengampuni orang yang menyakiti hati kita, tetap melayani walaupun banyak yang mengecewakan.
Ketekunan kita pasti akan membuahkan hasil. Tuhan akan memberikan upah bagi setiap orang yang setia. Iman kita akan bertumbuh menjadi kuat. Dan setiap kegagalan yang kita alami justru akan mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar, untuk meraih kemenangan dan sekaligus mahkota yang abadi.
.
Mari jalani pertandingan iman yang diwajibkan bagi kita, persiapkan diri kita untuk dapat menjalani pertandingan dengan baik dan jalani pertandingan dengan tekun, maka kita akan melihat karya Tuhan yang luar biasa terjadi dalam kehidupan kita. Haleluya!
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” Ibrani 12:2-3

Sumber : http://www.pelitahidup.com

Selasa, 20 September 2011

Penggoncang Dunia


Bacaan: Kisah Para Rasul 17:1-9

Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga kemari. - Kisah Para Rasul 17:6


Kehidupan orang Kristen pada masa gereja mula-mula sangat dahsyat. Bahkan kehadiran dua orang dari mereka saja telah membuat Tesalonika gempar. Selama tiga hari pelayanan mereka di kota itu, dikatakan bahwa sejumlah besar orang bertobat, beberapa diantaranya bahkan orang-orang terkemuka. Yang menarik adalah, mereka disebut orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia. “…Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga kemari.” (Kisah Para Rasul 17:6) Sebuah sebutan yang luar biasa! Tentu saja mereka tidak mengacau dalam arti yang negatif Apa yang mereka lakukan hanyalah memberitakan Injil di tempat tersebut. Kemungkinan besar, selama mereka memberitakan Injil disertai dengan tanda-tanda heran dan mujizat sehingga begitu banyak orang menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas. Itulah yang membuat orang-orang Yahudi iri hati, takut dan gelisah. Bahkan sangat mungkin dari gaya hidup mereka yang luar biasa membuat banyak orang tertarik mengenal Yesus.
Kita jarang mendengar orang-orang Kristen yang diberi label pengguncang dunia karena sikap kerja yang positif. Jangankan menggoncangkan dunia, beberapa diantaranya malah terseret arus dunia yang tidak benar. Melakukan kecurangan, ikut-ikutan korupsi, tidak tepat waktu, atau bekerja asal-asalan. Jarang sekali terdengar bahwa di suatu perusahaan ada satu atau sekelompok orang Kristen yang hidupnya totally different dengan pekerja kebanyakan. Bahkan anak-anak Tuhan yang menempati posisi strategis di dunia kerja menjadi keblinger dan lupa untuk menjadi garam dan terang di tempat kerja.
Ini waktunya pekerja-pekerja Kristen menjadi orang-orang yang mengguncangkan tempat-tempat usaha dan bisnis. Sangat menarik kalau suatu hari kita mendengar bahwa dimana-mana banyak orang-orang Kristen yang hidup berbeda dengan pekerja kebanyakan. Tidak masalah dimana kita bekerja dan apa posisi kita. Kita memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pekerja-pekerja yang mengguncangkan tempat pekerjaan kita dan meninggikan Yesus melalui hidup kita.
Jadilah saksi Kristus di dalam dunia kerja!

Sumber : RenunganSpirit.com

Senin, 19 September 2011

Gelisah dan Cemas

Ayat bacaan: Yakobus 4:8a
===================
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu."

gelisah"Seandainya tidak ada masalah, betapa tenangnya hidup ini.." kata seorang tetangga saya sambil tersenyum kecut. Sebenarnya tidak ada masalah serius yang tengah ia hadapi. Ia memiliki pekerjaan yang baik, kehidupan rumah tangganya rukun, anak-anaknya juga sehat dan bisa bersekolah tanpa kekurangan. Tetapi ia hidup terus dalam kecemasan. Ia tidak bisa merasa senang dan cepat merasa gelisah. Ketika saya tanyakan apa yang membuatnya gelisah ia berkata, "sejauh ini tidak ada sih..tapi siapa yang tahu besok bagaimana..wong hidup ini serba tidak pasti kok.." Ia tampaknya gelisah memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi di depan. Tidak ada yang pasti dalam hidup ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, lusa atau beberapa menit ke depan. Tetangga saya terperangkap dalam ketakutannya sendiri, yang ia sendiri pun tidak tahu alasannya. Ada banyak orang yang merasakan hal seperti ini di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri mungkin pernah atau sedang merasakannya. Makan tak enak, tidur tak nyenyak, duduk pun tak nyaman. Di antara anak-anak Tuhan sendiri pun tidak tertutup kemungkinan merasakan hal yang sama. Tetangga saya itu misalnya, ia pun orang percaya. Tetapi tetap rasa takut menguasai dirinya begitu besar. Sekali lagi, apapun bisa terjadi dan kita tidak punya kemampuan cukup untuk bisa melihat apa yang ada di depan. Tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk hidup dengan ketakutan. Apa yang biasanya membuat hal ini terjadi adalah kesalah-kaprahan kita untuk membiarkan pikiran-pikiran negatif mencekam perasaan kita. Berhati-hatilah akan hal itu, karena itu akan menjadi lahan subur bagi iblis untuk menancapkan kukunya lebih dalam lagi, membuat kita bertambah takut, kalut dan gelisah.

Tidak ada satu manusiapun yang tidak pernah gelisah. Itu benar. Tetapi jika tidak hati-hati, kadar kegelisahan itu bisa menimbulkan masalah jika dibiarkan terus menerus mengganggu kita. Dalam tahap normal perasaan tidak tenang mungkin hanya membuat kita tidak betah duduk diam. Kegelisahan membuat kita terus mondar mandir tanpa arah yang biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar kegelisahan itu.  Sedikit di atas ambang batas normal, kita mungkin akan mulai merasa mulas, keringat dingin, atau gampang tersulut emosi. Jika terus dibiarkan kita akan mulai mengalami kesulitan tidur, atau kalaupun tidur kita akan terbangun mendadak di tengah malam sambil berkeringat dingin dan berdebar, bermimpi buruk atau bahkan berteriak-teriak selagi tidur. Dalam kondisi paling ekstrim, ada juga orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena dihantui perasaan tidak tenang, dan itu sudah berulang kali kita dengar atau lihat. Manusia mempunyai perasaan, dan ketika ada sesuatu yang mengganggu perasaan kita maka kegelisahan bisa timbul. Sebanyak reaksi yang muncul berawal dari kegelisahan ini, sebanyak itu pula alternatif cara yang mungkin diambil untuk mengatasinya. Seberapa banyak dari kita yang memutuskan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan dalam mengatasi kecemasan? Sayangnya hal ini seringkali kita abaikan. Kita lebih suka mencari solusi lewat jalan-jalan pintas secara duniawi atau bahkan lebih mudah terbujuk solusi-solusi sesat ketimbang memilih jalur bersama Tuhan sebagai solusi. Bukannya makin dekat malah semakin menjauh. Kunci ketenangan bukanlah diukur dari ada tidaknya atau besar kecilnya masalah, tetapi akan sangat bergantung dari sedekat apa kita dengan Tuhan.

Daud mengetahui solusi terbaik untuk mengatasi kecemasan dalam hidupnya, dan ia menuliskan itu di dalam Mazmurnya. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Daud bisa menyimpulkan solusi terbaik agar bisa merasa tenang. Jika anda terus membaca kisah Daud sejak awal hingga akhir hayatnya maka anda tahu bahwa Daud sama seperti kita yang tidak terlepas dari masalah. Meski ia seorang raja, masalah tetap hadir pada waktu-waktu tertentu, dan dalam beberapa kesempatan masalah yang dihadapi Daud tidaklah ringan. Tetapi lihatlah Daud mengerti bahwa akan selalu ada masalah dalam hidup. Siapapun kita, apapun status kita, sebanyak apapun harta yang kita miliki, itu tidak pernah bisa menjamin diri kita akan terbebas selamanya dari masalah. Jika itu yang kita fokuskan, maka kita tidak akan pernah bisa merasa tenang dan damai. Mengapa? Karena bukan disitu kuncinya. Kunci ketenangan, kedamaian hidup bukanlah tergantung dari kondisi yang kita hadapi melainkan dari hubungan kita dengan Tuhan. Dalam hubungan yang erat dengan Tuhan kita akan selalu bisa mendapatkan kekuatan dan penghiburan sehingga tidak perlu menjadi tidak tenang karena  terus menerus menimbang berat ringannya masalah kehidupan. Tidak banyak yang menyadari hal ini. Mereka malah semakin lupa kepada Tuhan dan lebih tertarik untuk terus bergelut dalam kegelisahan tanpa jawaban pasti. Yesus sudah menyatakan kesediaanNya untuk meringankan beban kita dengan berkata "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Masalah boleh ada dan akan tetap ada, tetapi kita tetap bisa tenang dalam menyikapi atau menghadapinya jika kita mengetahui kunci dari ketenangan sesungguhnya terletak dalam hubungan kita dengan Tuhan.

Lantas pertanyaan selanjutnya. Sulitkah bagi kita untuk mendapatkan Tuhan? Alkitab mengatakan justru sebaliknya. "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8a). Terdengar sederhana bukan? Dalam Perjanjian Lama lewat Yeremia kita bisa pula mendapatkan pesan Tuhan yang bunyinya demikian: "Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku." (Yeremia 29:12-14a). Lihatlah bahwa Tuhan sudah menyatakan kesediaanNya untuk berada dekat dengan kita. Dia siap untuk meringankan beban kita, bahkan dengan senang hati membuka diriNya agar kita bisa menemukanNya. Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Siapapun kita, semuanya adalah ciptaanNya yang spesial yang teramat sangat Dia kasihi. Tuhan hanyalah sejarak doa, atau sejarak Alkitab dimana kita bisa menemukan perkataanNya yang meneguhkan. Tetapi seringkali kita lah yang lupa untuk mencariNya karena terlalu sibuk mencari cara mengatasinya dengan mengandalkan diri sendiri atau berharap pada orang lain. Ada juga orang yang mengaku percaya tetapi sebenarnya ragu-ragu. Mereka tidak yakin Tuhan mendengar suara mereka, mereka tidak yakin Tuhan mau dekat dengan mereka, sehingga sambil berdoa mereka pun terus mencari cara-cara alternatif termasuk yang sesat dalam waktu yang sama. Atau mereka merasa hubungan dengan Tuhan tidak lancar, dan kerap kali itu terjadi karena kita masih saja sulit untuk melepaskan dosa-dosa yang membebani kita. Dalam Yeremia dikatakan "Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu." (Yeremia 5:25). Hal yang sama bisa kita baca dari Firman Tuhan berikut ini: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).

Perasaan tenang atau tidak bukanlah tergantung dari frekuensi atau intensitas masalah, tetapi dari hubungan kita dengan Tuhan. Jika berbagai bentuk perasaan yang mengganggu kerap datang, mungkin itu saatnya bagi kita untuk membenahi ulang hubungan kita dengan Tuhan dan kembali dekat kepadaNya. Mungkin kita sudah terlalu jauh dari Tuhan sehingga beban pikiran dan perasaan gelisah atau cemas bisa begitu menguasai diri kita. Tuhan sudah menyatakan bahwa Dia akan selalu siap memberi kelegaan, kembali menguatkan dan bentuk-bentuk pertolongan lainnya kepada siapapun yang mau datang kepadaNya, mencariNya dengan sungguh-sungguh. Apakah itu kegelisahan akan sesuatu yang belum jelas, apakah itu luka-luka atau kekecewaan di masa lalu, kenangan buruk, kondisi-kondisi traumatis akibat kegagalan di waktu lalu dan sebagainya, Tuhan lebih dari sanggup untuk melepaskan kita dari semua itu, tidak peduli seberat apapun. Jangan biarkan perasaan-perasaan negatif itu berlarut-larut. Ambil solusi yang terbaik agar kita tidak malah menambah masalah lebih banyak lagi lewat keputusan-keputusan yang salah.  Berusaha untuk mencari penyelesaian agar bisa kembali tenang itu baik sejauh tidak bertentangan dengan firman Tuhan tidaklah salah,  akan tetapi jangan lupa pula bahwa di dalam Tuhanlah sebenarnya ada jawaban yang memampukan kita untuk menyelesaikannya dan keluar menjadi pemenang. Anda dan saya bisa tetap tidur nyenyak dan tersenyum tanpa kehilangan sukacita meski masalah tengah melanda apabila kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Inilah saatnya untuk menyegarkan kembali hubungan pribadi anda dengan Tuhan. Jika anda merasa sudah dekat namun kegelisahan masih melanda, mungkin itu tandanya untuk mengaplikasikan iman yang di dalamnya terdapat pengharapan secara nyata dalam kehidupan rohani anda. Anda ingin mengalami hidup yang tenang, jauh dari kegelisahan tanpa terpengaruh oleh keadaan? Jawabannya ada pada Tuhan dan kedekatan anda denganNya.

Sumber sukacita yang sejati berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari ada tidaknya masalah

Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com/

Menggeser Masalah


Bacaan: Kejadian 3:1-24

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." - Kejadian 3:12


Sekali ini sang guru menghibur para tamu dengan dongeng mengenai kepusingan Abidin yang banyak utang. Suatu malam Abidin gelisah di tempat tidur sehingga susah tidur. Istrinya bertanya, “Ada apa sih denganmu? Tidurlah segera!”. Abidin mengatakan bahwa Ia tidak mempunyai sepuluh keping perak yang harus dikembalikan esok kepada tetangganya, Mahmud. Mendengar hal itu, istrinya segera bangun, melilitkan selendang pada bahunya, pergi keseberang jalan dan berteriak, “Mahmud! Mahmud!” Mahmud yang tua itu segera muncul dari balik jendela. Matanya agak terpejam karena masih ngantuk. Ia bertanya, “Ada apa?” Istri Abidin berteriak, “Saya hanya ingin memberitahukan bahwa esok engkau belum dapat menerima sepuluh keeping perak utang suamiku. Ia belum mendapatkannya sampai malam ini!” Sesudah itu istri Abidin pulang dan berkata kepada suaminya, “Nah…tidurlah Abidin. Biarkan Mahmud yang cemas sekarang.” Sang guru menyimpulkan, “Seseorang yang berhutang memang harus membayar. Tetapi mengapa orang lain yang harus cemas?”
Ada pesan moral yang indah dalam cerita tersebut. Pada saat kita memiliki masalah, kita diajar untuk menanggung beban masalah itu dan menyelesaikannya, bukannya “menarik dan menggeser” masalah itu ke tempat lain atau kepada orang lain. Sayangnya, apa yang dilakukan keluarga Abidin dalam cerita tersebut seringkali kita lakukan juga. Kita yang memiliki masalah, tapi masalah tersebut kita operkan kepada rekan kerja kita. Atau kita sebagai atasan yang bermasalah, tapi anak buahlah yang harus menanggungnya. Demikian juga sangat sering terjadi ada masalah di kantor, tapi keluargalah yang kemudian menjadi sasaran kita. Ini juga salah satu bentuk “menarik dan menggeser” masalah.
Tentu saja itu adalah sikap yang sangat buruk. Menarik dan menggeser masalah ke tempat lain pada dasarnya tidak akan pernah menyelesaikan masalah itu sendiri. Justru, kadangkala itu hanya akan menambah masalah-masalah yang baru. Jadi, tetapkanlah hari ini untuk menyelesaikan masalah kita tanpa harus memindahkannya ke tempat lain.
Sebuah masalah harusnya diselesaikan, bukan ditarik, digeser atau dipindahkan ke tempat lain.

Sumber  : Renungan Spirit

Jumat, 16 September 2011

Manajemen Emosi


From  : Renungan Spirit

Bacaan: Mazmur 42:1-12

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! - Mazmur 42:6



Emosi diciptakan Allah untuk kebaikan manusia, namun karena manusia telah jatuh dalam dosa, emosi muncul untuk alasan yang salah dan disalurkan dengan cara yang salah juga. Lalu bagaimana kita bisa mengelola emosi itu dengan baik? Dr. Ken Campbel dalam buku 7 Emosi Perusak Jiwa memberikan cara bagaimana mengelola emosi dengan bijak.
Satu, takut. Takut adalah emosi rasional terhadap bahaya yang ada di depan mata. Seperti sakit penyakit, kehilangan sesuatu atau kondisi keuangan yang buruk. Untuk mengelola rasa takut diperlukan pikiran yang tenang dan hati-hati. Kemudian mengenali penyebabnya dan menyerahkan pada Yesus. Semakin besar keyakinan kita akan pertolongan Tuhan, rasa takut pun akan semakin berkurang, bahkan akan hilang.
Dua, depresi. Depresi biasanya terjadi karena merasakan penderitaan batin yang sangat dalam. Untuk mengelola depresi kita harus tahu penyebabnya lebih dulu. Setelah mengetahui apa yang menyebabkan kita depresi, belajarlah untuk menyerahkan beban jiwa kita kepada Tuhan. Pemazmur memberikan cara sederhana bagaimana mengatasi rasa depresinya, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6).
Tiga, amarah. Biasanya akan muncul jika terjadi sebuah peristiwa yang memunculkan ketegangan di dalam pikiran dan emosi kita. Mengelola kemarahan dalam cara yang sederhana bisa dilakukan dengan prinsip 5 W. What, marah pun perlu judul, jadi merembet ke masalah-masalah yang sama sekali tidak berkaitan. Who, siapa yang menyebabkan kemarahan kita? Jangan sampai masalah kantor membuat kita marah-marah dengan keluarga di rumah. Why, kita harus tahu alasan yang jelas mengapa kita marah, jangan marah tanpa alasan yang mengada-ada. When, pada saat marah kita harus tahu kapan waktu yang tepat. Where, marah pun harus tahu dimana tempatnya.
Atasi ketakutan, kekuatiran dan depresi dengan menyerahkan kepada Tuhan.

Kamis, 15 September 2011

Karena Kekuatan-Nya


 From  : Renungan Spirit
 
Bacaan: Mazmur 33:1-22

Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya-



John Garlock dalam tulisannya yang berjudul Allah yang Mengubah manusia menceritakan kisah temannya yang bernama Nowel, yang ingin mengikuti perlombaan dayung perahu yang mana satu perahu diisi dua orang. Tiba-tiba datang seorang Indian dengan tubuh tinggi kekar menghampiri dia dan menawarkan apakah mau menjadi partnernya. Melihat postur orang Indian yang terlihat sangat kuat tersebut, Nowel langsung mengiyakan.
Saat peluit di tiup dan orang Indian berotot besar itu mulai mengayuh , Nowel yang sebenarnya tidak begitu bisa mendayung itu berkata, “Apa yang kulakukan selama 15 menit itu tidak lain agar aku jangan menghalangi usahanya, aku hanya mengayuh sedikit saja, dan karena kekuatan si Indian itu luar biasa, perahu kami melaju jauh meninggalkan yang lain dan memenangkan perlombaan itu!”.
Kisah tersebut merupakan gambaran yang sederhana bagaimana hidup kita bisa berkemenangan bersama Tuhan. Jika kita ingin memiliki hidup yang berkemenangan, biarkan Tuhan memegang penuh atas kemudi hidup kita dan mendominasi hidup kita. Pada saat kita membutuhkan pertolongan-Nya, pastikan kita berserah penuh dan belajar dari strategi Nowel yaitu dengan “tidak menghalangi usaha-Nya”.
Jika kita ingin hidup berkemenangan, jangan pernah mengandalkan kekuatan kita sendiri. Ingatlah bahwa kekuatan kita tidak seberapa dan kita pun terbatas dengan banyak hal. Namun jika kita mengandalkan Tuhan sebagai kekuatan, kita akan melihat betap dahsyat kuasa-Nya dalam hidup kita. Sebagai seorang pebisnis atau seorang pekerja Kristen, kita harus menyadari bahwa kunci keberhasilan kita bukanlah modal yang banyak, gelar pendidikan yang tinggi, pengalaman yang sudah bertahun-tahun, atau skill yang luar biasa. Kunci keberhasilan kita dalam pekerjaan tak lain adalah karena pertolongan Tuhan yang senantiasa menyertai hidup kita. Sebuah jaminan sukses jika kita berada satu perahu dengan Tuhan dan membiarkan Dia yang ambil kendali atasnya.
Tidak ada jaminan keberhasilan yang lebih pasti dibandingkan penyertaan Yesus

GBU,,,

Rabu, 14 September 2011

Jangan Keraskan Hati Terhadap Teguran Allah



From  : Saatteduh.wordpress.com

Bacaan Alkitab hari ini: Amos 4
Kemewahan (yang diperoleh melalui perbuatan jahat) serta ibadah palsu adalah dua hal yang mendatangkan hukuman Allah terhadap Israel. Sayangnya, bangsa Israel tidak peka terhadap teguran Allah dan tidak mau bertobat walaupun telah mengalami malapetaka berkali-kali.


“Lembu Basan” menunjuk kepada wanita Israel yang gemuk dan malas. Agar bisa hidup mewah, mereka memaksa (mendorong) suami mereka untuk memeras orang lemah serta menindas orang miskin (4:1). Di samping itu, yang menimbulkan murka Allah adalah praktik ibadah mereka yang hanya sekedar formalitas. Dua pusat ibadah bangsa Israel saat itu, yaitu Betel dan Gilgal, justru membuat mereka semakin berdosa. Di Betel terdapat praktik penyembahan terhadap anak lembu emas (1 Raja-raja 12:28-31; bandingkan dengan Keluaran 20:4-5). Korban sembelihan dan korban syukur serta persepuluhan yang mereka lipat gandakan pun hanyalah ibadah palsu yang memuaskan diri sendiri, tetapi tidak berkenan kepada Allah karena tidak disertai keadilan sosial (bandingkan persepuluhan pada hari ketiga dalam 4:4 dengan persepuluhan tiga tahun sekali untuk orang Lewi, orang asing, anak yatim, dan janda dalam Ulangan 14:28).
Dosa bangsa Israel yang membuat Allah telah menurunkan berbagai hukuman, yaitu kelaparan (Amos 4:6), kekurangan air (4:7-8), kegagalan panen (4:9), penyakit sampar yang mematikan (4:10), serta kehancuran beberapa kota (4:11) ternyata tidak membuat bangsa Israel berbalik kepada Allah. Oleh karena itu, Allah telah menyiapkan hukuman yang lebih dahsyat, yaitu pembuangan ke Asyur (4:3, arah Hermon di sebelah Utara menunjuk kepada pembuangan ke Asyur). Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita untuk lebih peka terhadap panggilan Allah untuk bertobat! [P]
Mazmur 95:7b-9
“Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat  perbuatan-Ku.”

- Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville -
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

free counters
Free counters
No Rek : Nomer Rekening
A/N : Nama Anda

VISITORS ON THIS BLOG