Senin, 26 Desember 2011

Mitos Tentang Uang


Bacaan: Matius 6:19-24

Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.- Matius 6:24


Siapa yang tak ingin kaya? Namun menjadi kaya saja tidak cukup. Apa gunanya kita kaya tapi kita tidak bisa menikmati kekayaan kita itu? Apa gunanya kita memiliki semua yang kita inginkan tetapi tidak bahagia? Banyak orang terjebak dengan pendapat umum bahwa menjadi kaya akan membuat hidup kita bahagia. Setiap rupiah yang makin bertumpuk dalam tabungan kita tak bisa jadi jaminan bahwa hidup kita pasti bahagia. Nyatanya banyak konglomerat yang tak bisa tidur. Banyak orang kelebihan uang tetapi mukanya selalu muram dan wajahnya selalu ditekuk. Waspadai dua mitos yang paling sering dipercayai orang di bawah ini, supaya kita tidak terjebak dalam pandangan yang keliru tentang kekayaan.
Mitos pertama, kita harus selalu mengejar uang karena itu tak pernah cukup.
Ini pandangan yang salah kaprah. Pada dasarnya uang kita selalu cukup sepanjang kita tahu bagaimana mengelolanya dengan bijak. Jadi keliru besar jika kita berpikir bahwa kita harus mencari uang sebanyak-banyaknya dan banting tulang siang malam demi mencukupi semua kebutuhan kita. Begitu membabibutanya kita mencari uang sampai-sampai kita meninggalkan waktu-waktu ibadah kita kepada Tuhan. Berpikir bahwa menggunakan setiap menit yang ada untuk menghasilkan uang akan membuat semua keinginan kita tercukupi. Kita keliru besar! Yang perlu kita lakukan sebenarnya adalah mengkondisikan keadaan dengan keuangan yang ada pada kita. Itu sebabnya memiliki perencanaan dan pengelolaan uang secara bijak akan lebih penting daripada mengejar uang dengan kalang kabut.
Mitos kedua, jika memiliki uang maka kita dapat memenuhi semua keinginan kita.
Ini juga keliru. Tidak semua hal di dunia ini dapat dibeli dengan rupiah. Apalagi kebutuhan yang sifatnya “abstrak” seringkali tidak bisa dibeli dengan uang. Siapa yang bisa membeli kedamaian, ketenangan, sukacita atau kepuasan sejati? Oleh sebab itu jangan pernah berpikir dan menjadikan uang sebagai tujuan hidup kita. Jika saja kita belum memiliki banyak uang, itu bukan berarti dunia berhenti berputar dan hidup kita berakhir. Untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup ini tak selalu harus bergantung dengan berapa uang yang kita punya. Bukankah deposito kita di bank juga tidak membuat kita tidur dengan aman? Bukankah kertas-kertas berharga yang kita tanamkan dalam sebuah perusahaan maju juga tidak mampu mengundang kedamaian dalam hati?
Untuk menjadi bahagia kita tidak perlu menunggu jadi konglomerat dulu.

Sumber : www.renungan-spirit.com

Senin, 19 Desember 2011

Gembala yang Baik


Bacaan: Yohanes 10:1-18, Mazmur 23

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya bagi dombanya.- Yohanes 10:11


Ada perbedaan yang sangat menyolok dalam kultur kita dibandingkan dengan kultur Yahudi soal menggembalakan domba. Merupakan pemandangan yang lazim seandainya kita melihat seorang gembala berjalan di belakang domba-dombanya. Tak hanya itu saja, si gembala itu lebih banyak santai, membiarkan domba-dombanya mencari makan sendiri-sendiri dan tak begitu ambil pusing seandainya ada bahaya mengancam domba-domba yang sedang digembalakannya.
Pemandangan ini menjadi tak lazim jika kita melongok style gembala dalam tradisi Yahudi. Kita akan segera melihat bahwa seorang gembala memiliki rasa tanggung dan dedikasi yang tinggi dalam menggembalakan domba-dombanya. Bukannya berdiri di belakang domba-dombanya, melainkan berdiri di depan domba-dombanya sehingga ketika bahaya mengancam, gembala lah yang pertama kali menghadapinya. Bukannya membiarkan domba-dombanya mencari makan sendiri sementara ia hanya tiduran dengan santai di bawah pohon rindang sambil meniup seruling, seperti penggambaran gembala dalam tradisi Jawa, sebaliknya ia memimpin domba-dombanya mencari padang rumput yang terbaik bagi domba-dombanya.
Bukankah fakta ini ditunjukkan Daud ketika ia masih menjadi seorang muda yang menggembalakan beberapa ekor domba? Tak jarang ia harus berhadapan dengan singa, beruang atau binatang buas lainnya hanya demi melindungi setiap domba-dombanya.
Tuhan adalah gembala yang baik bagi kita. Ia benar-benar bertanggung jawab atas hidup kita. Puncak dari kasih dan dedikasi Yesus sebagai gembala yang baik dibuktikan ketika Ia menyerahkan dirinya di atas kayu salib bagi kita sebagaimana perkataan Yesus sendiri, “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Dengan beban hidup yang begitu menghimpit kadangkala kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Jangan pernah meragukan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita. Bukankah pemeliharaannya tetap nyata atas kita. Kalaupun kita harus melewati masa-masa sulit atau lembah kekelaman, percayalah bahwa kita tidak sendiri, Ia selalu menyertai kita. Sang Gembala Agung berdiri di depan kita untuk menolong kita melalui lembah kekelaman itu. Masihkah kita takut dan meragukan Yesus sebagai gembala yang baik?
Yesus adalah gembala yang baik. Kita akan selalu aman bersamanya.

Sumber : RHK

Selasa, 13 Desember 2011

JUST SHARE FOR ALL

Buat Teman2 Semua..
Yang mau dan sedang Mencari lagu-lagu Rohani Kristen Lengkap.
Maka dapat Mengunjungi Situs/Blog Dibawah Ini :


http://full-mp3kristen.blogspot.com


Ada Banyak Penyanyi Ataupun Band rohani disana seperti :
Sari Simorangkir,True Worshipper,Planetshakers,Hillsongs,pokoknya banyak dech..
yaudah langsung aja Sobat....ke TKP dan rasakan manfaatNya..


Terimakasih Atas Kunjungannya....

Berkat Sederhana


Bacaan: Lukas 17:11-19

Lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya.- Lukas 17:16


Hari ini cukup menjengkelkan bagi saya. Perut saya menuntut minta diisi, berteriak tanda lapar. Masuklah saya ke sebuah rumah makan. Membayangkan masakan lezat yang sebentar lagi akan membuat perut tak lagi rewel. Sayang, kenyataan tak selalu seperti yang dibayangkan. Rasanya hambar dan mematikan selera. Kejengkelan saya makin bertambah saat melihat pelayanan yang sama sekali tidak ramah, plus harga yang selangit. Namun semua kejengkelan itu sirna seketika saat saya melihat seorang anak kecil yang berdiri terpaku di depan rumah makan dengan tatapan mengiba. Sungguh ironis, saya jengkel karena mempermasalahkan cita rasa makanan sementara di dekat saya ada anak kecil yang mungkin menahan lapar.
Bukankah kita sering punya pengalaman yang seperti itu? Sungguh ironis, kita jengkel gara-gara dipusingkan dengan makan apa dan makan dimana, sementara sebagaian orang terpinggir berkata,”Hari ini apa kita makan?” Kita meributkan gaun yang mahal sementara masih banyak orang yang “telanjang”. Kita mengeluh tentang perusahaan kita yang berceceran sementara di seberang sana terdapat pengangguran yang merenungi nasib. Kita marah besar melihat Mercy kita sedikit tergores, padahal di luar sana masih ada banyak orang yang sedang berjuang keras untuk tetap hidup. Kita mempermasalahkan harta warisan, sementara masih banyak orang papa.
Tatapan mengiba dari gelandangan kecil itu menyadarkan betapa saya adalah orang yang tak tahu berterima kasih. Itu sebabnya kita perlu melihat kehidupan “orang-orang kecil” dan punya hati untuk mereka. Melihat kehidupan mereka dari dekat membuat kita tak gampang marah, jengkel, ribut atau mempermasalahkan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Sebaliknya kita akan terus belajar mensyukuri berkat dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, apapun bentuknya.
Tuhan mengajar saya untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. Bagaimanapun keadaan kita, sebenarnya selalu ada sisi-sisi yang selalu bisa kita syukuri. Mengenal berkat di dalam hal-hal sederhana. Makan masih tiga kali sehari. Berpenampilan pantas dan kadang masih bisa mengundang decak kagum. Berteduh dengan atap. Mengecap bangku sekolah. Kita punya pekerjaan, meski tak jadi manajer. Walau tak bisa dikatakan cantik atau tampan, kita punya anggota tubuh yang lengkap dan bisa menikmati keindahan. Adakah alasan bagi kita untuk tak bersyukur?
Hidup kita akan selalu melimpah dengan syukur, seandainya kita mengenal berkat Tuhan dalam hal-hal sederhana.

From : www.renungan-spirit.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

free counters
Free counters
No Rek : Nomer Rekening
A/N : Nama Anda

VISITORS ON THIS BLOG