Senin, 26 Desember 2011

Mitos Tentang Uang


Bacaan: Matius 6:19-24

Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.- Matius 6:24


Siapa yang tak ingin kaya? Namun menjadi kaya saja tidak cukup. Apa gunanya kita kaya tapi kita tidak bisa menikmati kekayaan kita itu? Apa gunanya kita memiliki semua yang kita inginkan tetapi tidak bahagia? Banyak orang terjebak dengan pendapat umum bahwa menjadi kaya akan membuat hidup kita bahagia. Setiap rupiah yang makin bertumpuk dalam tabungan kita tak bisa jadi jaminan bahwa hidup kita pasti bahagia. Nyatanya banyak konglomerat yang tak bisa tidur. Banyak orang kelebihan uang tetapi mukanya selalu muram dan wajahnya selalu ditekuk. Waspadai dua mitos yang paling sering dipercayai orang di bawah ini, supaya kita tidak terjebak dalam pandangan yang keliru tentang kekayaan.
Mitos pertama, kita harus selalu mengejar uang karena itu tak pernah cukup.
Ini pandangan yang salah kaprah. Pada dasarnya uang kita selalu cukup sepanjang kita tahu bagaimana mengelolanya dengan bijak. Jadi keliru besar jika kita berpikir bahwa kita harus mencari uang sebanyak-banyaknya dan banting tulang siang malam demi mencukupi semua kebutuhan kita. Begitu membabibutanya kita mencari uang sampai-sampai kita meninggalkan waktu-waktu ibadah kita kepada Tuhan. Berpikir bahwa menggunakan setiap menit yang ada untuk menghasilkan uang akan membuat semua keinginan kita tercukupi. Kita keliru besar! Yang perlu kita lakukan sebenarnya adalah mengkondisikan keadaan dengan keuangan yang ada pada kita. Itu sebabnya memiliki perencanaan dan pengelolaan uang secara bijak akan lebih penting daripada mengejar uang dengan kalang kabut.
Mitos kedua, jika memiliki uang maka kita dapat memenuhi semua keinginan kita.
Ini juga keliru. Tidak semua hal di dunia ini dapat dibeli dengan rupiah. Apalagi kebutuhan yang sifatnya “abstrak” seringkali tidak bisa dibeli dengan uang. Siapa yang bisa membeli kedamaian, ketenangan, sukacita atau kepuasan sejati? Oleh sebab itu jangan pernah berpikir dan menjadikan uang sebagai tujuan hidup kita. Jika saja kita belum memiliki banyak uang, itu bukan berarti dunia berhenti berputar dan hidup kita berakhir. Untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup ini tak selalu harus bergantung dengan berapa uang yang kita punya. Bukankah deposito kita di bank juga tidak membuat kita tidur dengan aman? Bukankah kertas-kertas berharga yang kita tanamkan dalam sebuah perusahaan maju juga tidak mampu mengundang kedamaian dalam hati?
Untuk menjadi bahagia kita tidak perlu menunggu jadi konglomerat dulu.

Sumber : www.renungan-spirit.com

Senin, 19 Desember 2011

Gembala yang Baik


Bacaan: Yohanes 10:1-18, Mazmur 23

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya bagi dombanya.- Yohanes 10:11


Ada perbedaan yang sangat menyolok dalam kultur kita dibandingkan dengan kultur Yahudi soal menggembalakan domba. Merupakan pemandangan yang lazim seandainya kita melihat seorang gembala berjalan di belakang domba-dombanya. Tak hanya itu saja, si gembala itu lebih banyak santai, membiarkan domba-dombanya mencari makan sendiri-sendiri dan tak begitu ambil pusing seandainya ada bahaya mengancam domba-domba yang sedang digembalakannya.
Pemandangan ini menjadi tak lazim jika kita melongok style gembala dalam tradisi Yahudi. Kita akan segera melihat bahwa seorang gembala memiliki rasa tanggung dan dedikasi yang tinggi dalam menggembalakan domba-dombanya. Bukannya berdiri di belakang domba-dombanya, melainkan berdiri di depan domba-dombanya sehingga ketika bahaya mengancam, gembala lah yang pertama kali menghadapinya. Bukannya membiarkan domba-dombanya mencari makan sendiri sementara ia hanya tiduran dengan santai di bawah pohon rindang sambil meniup seruling, seperti penggambaran gembala dalam tradisi Jawa, sebaliknya ia memimpin domba-dombanya mencari padang rumput yang terbaik bagi domba-dombanya.
Bukankah fakta ini ditunjukkan Daud ketika ia masih menjadi seorang muda yang menggembalakan beberapa ekor domba? Tak jarang ia harus berhadapan dengan singa, beruang atau binatang buas lainnya hanya demi melindungi setiap domba-dombanya.
Tuhan adalah gembala yang baik bagi kita. Ia benar-benar bertanggung jawab atas hidup kita. Puncak dari kasih dan dedikasi Yesus sebagai gembala yang baik dibuktikan ketika Ia menyerahkan dirinya di atas kayu salib bagi kita sebagaimana perkataan Yesus sendiri, “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Dengan beban hidup yang begitu menghimpit kadangkala kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Jangan pernah meragukan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita. Bukankah pemeliharaannya tetap nyata atas kita. Kalaupun kita harus melewati masa-masa sulit atau lembah kekelaman, percayalah bahwa kita tidak sendiri, Ia selalu menyertai kita. Sang Gembala Agung berdiri di depan kita untuk menolong kita melalui lembah kekelaman itu. Masihkah kita takut dan meragukan Yesus sebagai gembala yang baik?
Yesus adalah gembala yang baik. Kita akan selalu aman bersamanya.

Sumber : RHK

Selasa, 13 Desember 2011

JUST SHARE FOR ALL

Buat Teman2 Semua..
Yang mau dan sedang Mencari lagu-lagu Rohani Kristen Lengkap.
Maka dapat Mengunjungi Situs/Blog Dibawah Ini :


http://full-mp3kristen.blogspot.com


Ada Banyak Penyanyi Ataupun Band rohani disana seperti :
Sari Simorangkir,True Worshipper,Planetshakers,Hillsongs,pokoknya banyak dech..
yaudah langsung aja Sobat....ke TKP dan rasakan manfaatNya..


Terimakasih Atas Kunjungannya....

Berkat Sederhana


Bacaan: Lukas 17:11-19

Lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya.- Lukas 17:16


Hari ini cukup menjengkelkan bagi saya. Perut saya menuntut minta diisi, berteriak tanda lapar. Masuklah saya ke sebuah rumah makan. Membayangkan masakan lezat yang sebentar lagi akan membuat perut tak lagi rewel. Sayang, kenyataan tak selalu seperti yang dibayangkan. Rasanya hambar dan mematikan selera. Kejengkelan saya makin bertambah saat melihat pelayanan yang sama sekali tidak ramah, plus harga yang selangit. Namun semua kejengkelan itu sirna seketika saat saya melihat seorang anak kecil yang berdiri terpaku di depan rumah makan dengan tatapan mengiba. Sungguh ironis, saya jengkel karena mempermasalahkan cita rasa makanan sementara di dekat saya ada anak kecil yang mungkin menahan lapar.
Bukankah kita sering punya pengalaman yang seperti itu? Sungguh ironis, kita jengkel gara-gara dipusingkan dengan makan apa dan makan dimana, sementara sebagaian orang terpinggir berkata,”Hari ini apa kita makan?” Kita meributkan gaun yang mahal sementara masih banyak orang yang “telanjang”. Kita mengeluh tentang perusahaan kita yang berceceran sementara di seberang sana terdapat pengangguran yang merenungi nasib. Kita marah besar melihat Mercy kita sedikit tergores, padahal di luar sana masih ada banyak orang yang sedang berjuang keras untuk tetap hidup. Kita mempermasalahkan harta warisan, sementara masih banyak orang papa.
Tatapan mengiba dari gelandangan kecil itu menyadarkan betapa saya adalah orang yang tak tahu berterima kasih. Itu sebabnya kita perlu melihat kehidupan “orang-orang kecil” dan punya hati untuk mereka. Melihat kehidupan mereka dari dekat membuat kita tak gampang marah, jengkel, ribut atau mempermasalahkan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Sebaliknya kita akan terus belajar mensyukuri berkat dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, apapun bentuknya.
Tuhan mengajar saya untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. Bagaimanapun keadaan kita, sebenarnya selalu ada sisi-sisi yang selalu bisa kita syukuri. Mengenal berkat di dalam hal-hal sederhana. Makan masih tiga kali sehari. Berpenampilan pantas dan kadang masih bisa mengundang decak kagum. Berteduh dengan atap. Mengecap bangku sekolah. Kita punya pekerjaan, meski tak jadi manajer. Walau tak bisa dikatakan cantik atau tampan, kita punya anggota tubuh yang lengkap dan bisa menikmati keindahan. Adakah alasan bagi kita untuk tak bersyukur?
Hidup kita akan selalu melimpah dengan syukur, seandainya kita mengenal berkat Tuhan dalam hal-hal sederhana.

From : www.renungan-spirit.com

Rabu, 30 November 2011

Just Do It!


Bacaan: Matius 14:22-33

Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.- Matius 14:29


Untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, kita harus memiliki keberanian untuk melangkah. Tanpa keberanian untuk melangkah, mimpi yang besar, strategi yang sangat bagus, bahkan perencanaan yang sangat sempurna akan menjadi sia-sia. Memang kadangkala kita takut jika sudah diperhadapkan dengan sejumlah resiko yang bakal kita alami. Bagaimana kalau nanti gagal? Bagaimana kalau responnya sangat buruk? Bagaimana kalau keadaan tidak menjadi baik? Ingatlah bahwa hidup memang mengandung resiko, dan prinsipnya adalah seperti ini : lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Untuk menggambarkan pentingnya sebuah action, kita bisa belajar dari illustrasi bagaimana caranya orang belajar renang. Untuk bisa berenang, belajar teori memang perlu. Namun hal itu belumlah cukup. Menguasai teori bagaimana berenang, bukan berarti kita sudah bisa berenang. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa berenang? Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus berani menceburkan diri di kolam renang dan mulai bergerak. Memang ada kalanya kita tenggelam, bahkan kemasukan air. Itu bagian dari resiko yang harus kita ambil. Percayalah dengan berani bayar harga berupa beberapa teguk air kolam dan upaya yang kuat untuk bisa berenang akan membuat kita benar-benar bisa berenang.
Just do it, miracle happen! Lakukanlah, dan mujijat akan terjadi! Sepanjang saya membaca kisah-kisah mujijat di dalam Alkitab, itu semua selalu diawali dengan keberanian untuk melangkah. Ketika Musa mengulurkan tongkatnya ke atas laut Kolsom, mujijat terjadi. Ketika Yosua mulai melangkahkan kakinya ke atas sungai Yordan, mujijat terjadi. Ketika Naaman mulai melangkah ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya, mujijat terjadi. Ketika Petrus berani melangkah di atas air, mujijat terjadi! Demikian juga di saat kita berani untuk melangkah dalam pekerjaan kita, mujijat juga akan terjadi! Jiwa seorang entrepreneur sejati adalah keberanian yang dipimpin oleh hikmat.
Milikilah keberanian yang dipimpim oleh hikmat.

Belajar dari Kesalahan


Bacaan: Amsal 14:1-35

Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. - Amsal 14:16


Tahun enam puluhan, sebelum era komputer dan elektronik, seorang juru tik yang ceroboh di Houston, Texas, mencari cara untuk memperbaiki kesalahan ketiknya. Ia menemukan cat putih di garasi yang diencerkan dengan cairan pengencer, lalu mulai menghapus kesalahannya dengan 'cat' itu. Ia menunggu cat itu kering lalu mengetikkan ejaan yang benar. Rekan-rekannya menyukai gagasannya dan ingin membeli larutan buatannya. Gagasan itu menjadi populer, sampai perusahaan 3-M membeli produk dan gagasannya dengan harga tiga juta dolar. Kini, kita mengenalnya sebagai Type-Ex. Ternyata, kesalahan pun dapat menjadi ide brilian.
Tidak perlu malu karena pernah berbuat kesalahan, selama hal itu dapat menjadikan kita lebih bijaksana dari sebelumnya. Keterbatasan pengetahuan, ketidaktahuan, lupa, dan masih banyak hal lain dapat membuat kita salah dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dalam hidup, kita pasti akan mengalami rasanya melakukan kesalahan. Namun, yang penting adalah kenali kesalahan-kesalahan itu dan belajarlah darinya, supaya kita jangan terus berkubang di kesalahan yang sama.
Di dalam Alkitab, kita juga melihat beberapa tokoh besar yang semasa hidupnya pernah berbuat salah. Sebut saja Petrus. Ia pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, tetapi ia bertobat. Setelah dipulihkan, hidupnya pun menjadi berkat bagi orang banyak. Berbeda sekali dengan Yudas. Sama-sama murid Yesus, mereka juga sama-sama bersalah. Namun, bedanya Yudas lebih memilih untuk berkubang dalam lumpur dosa, sehingga ia mati sia-sia.
Presiden Roosevelt berkata, “Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.” Sedangkan Paul Galvin mengatakan, “Jangan takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan.” So, tetaplah berkarya. Don't worry about fail! Ok?

Misteri 13


Bacaan:

Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.- I Timotius 4:7


Amatilah perilaku masyarakat posmodern. Seharusnya semakin maju sebuah peradaban, maka hal-hal yang bersifat takhayul atau mistis akan semakin ditinggalkan. Nyatanya, sampai kini hal-hal yang bersifat mistis atau takhayul masih saja populer. Sebagai contoh adalah ketakutan dengan angka 13 yang ditengarai sebagai angka sial. Istilah lain untuk ketakutan terhadap angka 13 ini adalah triskaidekaphobia. Tidak perlu heran kalau di sebuah hotel tidak ada lantai ke 13 dan tidak ada kamar nomor 13. Alamat rumah juga jarang memakai angka 13, biasanya diganti 12B. Begitu keramatnya angka 13, pemikir-pemikir modern, hebat dan kaya raya seperti Paul Getty sampai presiden Amerika seperti Franklin Delano Roosevelt selalu tegas menolak hadir dalam acara resmi yang dihadiri tiga belas orang. Aneh, bukan?
Mengapa hal-hal yang bersifat takhayul bisa sedemikian populer? Kemungkinan besar karena cerita dari mulut ke mulut tentang berbagai macam peristiwa sial dan mengerikan yang terjadi di seputar angka 13 tersebut, apalagi kalau terjadi di tanggal 13 di hari Jumat (Friday). Anggap saja cerita tersebut tidak dibuat-buat dan peristiwa mengerikan tersebut benar-benar terjadi di tanggal 13 atau hal-hal yang berkaitan dengan angka 13, apakah itu menunjukkan bahwa angka 13 benar-benar angka sial dan angka keramat?
Tentu saja tidak demikian. Bisa saja peristiwa tersebut terjadi karena kebetulan saja. Atau kemungkinan yang lain adalah disebabkan orang yang bersangkutan begitu meyakini atau “mengamini” bahwa angka 13 benar-benar angka sial. Seperti yang kita tahu, sering kali apa yang kita yakini, itulah yang akan terjadi. Firman Tuhan sendiri juga mengatakan apa yang kita takutkan itulah yang terjadi. Dari hal ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa angka 13 bukanlah angka keramat yang menyeramkan, karena semua angka itu baik. Keyakinan terhadap hal-hal yang bersifat takhayul itulah yang tidak baik.

GBU,,,

Doa itu Kebutuhan


Bacaan: Efesus 6:10-20

Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh. - Efesus 6:18a


Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata, “Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak akan berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “Seandainya untuk tiap hari ketika kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanyaan tadi?” “Begini Pak, saya pikir masalah keluarga Anda bukan soal waktu. Buktinya Anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
“Tuhan, ampunilah kami karena kami telah berpikir bahwa doa adalah membuang waktu dan tenaga, dan tolonglah kami agar dapat melihat bahwa tanpa doa pekerjaan kami hanya membuang waktu dan tenaga...” ungkap Peter Marshall. Ya, doa seharusnya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan pada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian pada orang yang takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.
Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Ingatlah bahwa satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.

GBU,,,

Tidak Ditentukan Orang Lain


Bacaan:

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka. - Lukas 6:35


Dua orang sahabat sedang menghampiri kios koran dan membeli beberapa koran serta majalah. Adanya pembelian harusnya membuat penjual koran tersebut senang. Tapi yang terjadi tidaklah demikian. Dia melayani dengan buruk, tidak sopan, dan dengan muka cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut. Orang pertama bertanya kepada sahabatnya, “Mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual menyebalkan itu?” Sahabatnya menjawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?”
Yes! Itulah pointnya! Jangan pernah biarkan orang lain menentukan cara kita bertindak seandainya orang tersebut sedang melakukan hal yang buruk kepada kita. Sayangnya, sering kali kita tidak berbuat demikian. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadinya sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang tersebut.
Harus saya akui, kadang kala saya gagal juga dalam hal ini, khususnya saat saya berkendara. Saat ada mobil lain menyerobot jalan dengan seenaknya, saya tiba-tiba jadi jengkel dan berusaha membalasnya dengan gantian menyerobot jalannya. Tindakan saya dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap saya. Di sisi lain, saya bisa berbuat sedemikian baik, santun, dan luar biasa terhadap orang yang juga melakukan hal yang sama kepada saya. Saat saya merenung-renung tentang hal ini, saya jadi malu sendiri. Mengapa tindakan saya harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, saya harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga punya “penyakit” seperti saya? Jaga suasana hati, jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak.

GBU...


Sumber  :  www.renungan-spirit.com

Sedia Payung Sebelum Hujan


Bacaan: Kejadian 41

-


Waktu kecil, ketika saya pertama kalinya menerima uang saku, senengnya bukan main. Ayah saya memberikan uang saku sekali seminggu. Tentunya beliau ingin mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana mengelola uang meski tidak banyak. Hari Minggu adalah hari yang paling ditunggu karena itulah “hari gajian” kami. Anak-anak menerima uang jajan untuk dipergunakan di hari Senin sampai Sabtu mendatang. Pertama-tama, karena belum pernah pegang uang sebelumnya, saya membelanjakan uang itu untuk membeli jajanan yang saya inginkan di sekolah. Tak terasa uang sudah habis di hari kedua. Akibatnya, saya harus puasa jajan selama hari Rabu sampai Sabtu. Itulah pelajaran pertama dalam hidup saya, bagaimana pentingnya mengelola keuangan.
Hari-hari ini dunia sedang menggeliat kesakitan karena krisis ekonomi. Krisis besar-besaran ini adalah krisis keuangan terbesar sepanjang dunia modern. Resesi global sudah mulai terjadi diawali dari Amerika yang selama ini diyakini sebagai negara terkuat. Bahkan negara-negara yang selama ini dianggap maju dan stabil seperti Singapura dan Inggris telah merasakan dampaknya. Sebagai anak muda yang ngakunya modern ;) jangan sampai kita enggak tau apa-apa soal hal ini. Kalo selama ini kita sudah terbiasa hidup nyaman dalam kelimpahan, sekaranglah waktunya kita menggantinya dengan gaya hidup hemat sebelum terlambat.
Girls, kita memang punya Tuhan yang senantiasa sanggup mencukupi kebutuhan kita. Kita punya Allah yang enggak terbatasi resesi untuk memberkati kita. Tapi Tuhan tidak menghendaki kita hidup seperti orang bebal. Kita bisa meneladani Yusuf yang penuh hikmat Allah, mempersiapkan diri menjelang masa kelaparan selama 7 tahun, bahkan menyelamatkan hidup suatu bangsa yang besar. (Kej. 50:20)
Mulai sekarang kita harus lebih bijak dalam mengatur keuangan kita. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari gara-gara kebodohan kita sendiri. Hiduplah dengan hemat dan bijaksana. Malam minggu enggak selalu harus jalan-jalan ke mall (yang artinya bakalan bikin kita jadi pengen ini itu). Rutinlah menabung dan rencanakanlah pengeluaran dengan baik (bukan hanya membuat catatan pengeluaran saja). Enggak perlu kuatir akan hari esok, selama kita hidup dalam kehendak Tuhan. Okay, girl... be smart!

Sumber : www.renungan-spirit.com

Menerima yang Buruk ?


Bacaan: Ayub 1-2:10

...Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?... - Ayub 2:10


Di saat kita mengalami peristiwa-peristiwa buruk dalam hidup, biasanya kita cenderung bersikap protes dan tidak dapat menerimanya dengan sukacita. Kita bertanya pada Tuhan, ”Mengapa semuanya ini Kau biarkan terjadi?” Apalagi jika tidak ada kesalahan yang kita lakukan yang setimpal dengan semua “hukuman” ini. Kita memprotes Tuhan dengan berkata, ”Ini tidak adil...”
Kadangkala kita merasa bahwa hidup ini tidak adil bagi kita. Lalu apakah kita pantas memprotesnya kepada Tuhan? Ayub pernah mengalami hal yang sama sekali tidak adil. Dia seorang yang benar bahkan Tuhan pun memuji kesalehannya. Tidak ada kesalahan yang diperbuatnya hingga “hukuman” bertubi-tubi datang dalam hidupnya. Anak-anaknya tewas dalam sekejap, harta kekayaannya habis sama sekali dengan cara yang tak dapat dipercaya, dan tiba-tiba seluruh tubuhnya dipenuhi penyakit yang memalukan dan menyiksanya. Tetapi apa yang dikatakan Ayub sebagai reaksi pertamanya terhadap semua kejadian itu sungguh sangat luar biasa. Saya percaya bahwa hikmat Allah yang menuntun bibirnya untuk mengucapkan kata-kata ini, “Apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
Bila Anda seorang isteri atau suami, maukah Anda diperlakukan sedemikian oleh pasangan Anda? Isteri Anda hanya mau hidup bersama-sama dengan Anda bila semua keinginannya terpenuhi. Di saat Anda kena PHK atau terbaring tak berdaya di rumah sakit, ia meninggalkan Anda. Atau bayangkan bila suami Anda hanya mencintai Anda bila tubuh Anda masih seksi. Saat Anda sudah melahirkan anak-anak baginya dan tidak memiliki tubuh yang indah lagi, ia mencampakkan Anda dan mencari wanita lain untuk memuaskan keinginannya.
Bukti kasih kita kepada seseorang akan terbukti di saat kita harus melewati masa-masa yang tidak menyenangkan. Anda tidak akan pernah mengetahui kesetiaan pasangan Anda bila tidak ada ujian yang tidak menyenangkan terjadi dalam hidup Anda. Demikian pula Allah harus mencari tahu apakah kita benar-benar mengasihi-Nya dalam segala keadaan dengan memberikan kita ujian-ujian kehidupan. Kebangkrutan, penolakan, kehilangan, dan penderitaan lainnya hanyalah cara Allah untuk mengetahui isi hati kita yang sebenarnya./Silvie
Tuhan mengijinkan penderitaan terjadi hanya untuk mengetahui isi hati kita yang sesungguhnya.

GBU..

Sumber : www.renungan-spirit.com

Selasa, 15 November 2011

First Love


Bacaan: Wahyu 2:1-7

... karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.- Wahyu 2:4

Tentu kita setuju bahwa hal yang baru merupakan sesuatu yang sangat mengasyikan. Saat awal mula belajar gitar, saya begitu kecanduan dengan gitar ini, sehingga tiada waktu senggang yang dilewatkan begitu saja tanpa belajar gitar. Namun sekarang, saat saya sudah bisa memainkan gitar, semangat yang menggebu-gebu itu semakin menyurut dan memainkan gitar tak lagi menyenangkan seperti ketika pertama kali belajar memainkannya. Hal yang sama juga terjadi saat saya belajar komputer untuk pertama kalinya. Mengetik dan membiarkan jari jemari menari-nari di atas keyboard adalah hal yang menyenangkan, sampai-sampai saya mengetik semua hal yang bisa diketik. Namun sekarang, setelah saya berkutat tiap hari di depan komputer untuk menulis, kegiatan mengetik tak menyenangkan seperti dulu. Bahkan kadangkala saya merasa letih dan bosan! Awal mula kita jatuh cinta, perasaan menggebu mendorong kita untuk selalu ingin bertemu, kencan dan menghabiskan waktu bersama-sama, namun setelah kita masuk dalam bahtera rumah tangga, kadangkala perasaan kita yang menggebu juga surut dengan sendirinya dan semuanya menjadi begitu biasa.
Jika hal yang seperti ini terjadi dalam hubungan kita dengan Kristus, maka Alkitab menyebutnya dengan istilah kehilangan kasih yang mula-mula. Waktu pertama kali kita bertobat dan mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan, bukankah kita begitu semangat dan haus akan hal-hal rohani? Kita berdoa tanpa henti, membaca Alkitab dengan penuh kehausan dan melakukan pelayanan dengan sukacita, namun sekarang apakah cinta mula-mula itu masih kita pertahankan dalam kehidupan rohani kita? Ataukah seiring waktu yang berjalan, kasih kita kepada Tuhan mulai surut dan terlihat begitu membosankan?
Belajar dari jemaat di Efesus, hal yang paling penting bukanlah sejauh mana kita bekerja keras dalam melayani Tuhan, atau sebesar apakah jerih payah dan ketekunan kita, atau seberat apa penderitaan kita karena Kristus. Hal-hal itu memang penting, tapi yang terpenting adalah apakah masih ada kasih mula-mula di dalam kehidupan rohani kita? Tanpa di dasari kasih yang mula-mula, maka semua hal yang kita lakukan bagi Tuhan menjadi nihil dan tak berarti. Perhatikan warning dari Tuhan ini : Ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!

Apa yang kita bangun dengan susah payah menjadi tak berarti, jika tidak kita menjadikan kasih sebagai pondasinya.


Sumber   : www.renungan-spirit.com

Minggu, 16 Oktober 2011

Mengakui Kelemahan


Bacaan: 2 Korintus 12:7-10

..."Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."...- 2 Korintus 12:9

Suatu kali ketika kantor kami tengah mencari seorang tenaga administrasi, saya mewawancarai beberapa orang pelamar. Dari begitu banyak pelamar yang saya temui, ada satu orang yang sangat unik. Ketika pertanyaan “Apa kelebihan yang Anda miliki?” dilontarkan, dia mampu memberikan serentetan jawaban yang cukup baik. Namun anehnya ketika diminta menyebutkan kelemahannya, tak ada satupun yang disebutkannya. Sungguh mengherankan melihat orang yang bisa melihat begitu banyak kelebihan yang dimilikinya, namun tak dapat menemukan satu pun kelemahan dalam dirinya. Bagi saya, hal itu justru menjadi nilai buruk dalam hasil wawancara.
Nobody is perfect. Tak ada seorang pun manusia yang sempurna selain manusia-Allah Yesus Kristus. Setiap orang memiliki kelemahan. Bahkan Superman pun punya krypton. Ketidakmampuan kita melihat kelemahan diri sendiri justru merupakan kelemahan kita yang terbesar. Ketika kita memandang diri kita sebagai sosok yang sempurna, berarti kita tidak akan pernah terpacu untuk memperbaiki diri. Bagaimana kita bisa mengurus perbaikan diri bila kerusakannya saja tidak bisa kita lihat?
Bagaimana ciri-ciri orang yang tak mampu melihat kelemahan diri? Ketika mendengar khotbah disampaikan membahas dosa/kelemahan tertentu, kita langsung teringat kepada orang lain. Dengan cepat kita melihat kelemahan si Anu atau si Itu sehingga lupa untuk introspeksi diri sendiri. Saat menemukan orang lain berbuat salah, kita marah besar atau kecewa berat. Kita sulit menolerir kelemahan orang lain karena kita selalu menganggap diri lebih baik atau lebih mampu dari mereka. Kita bahkan jadi sulit mengampuni dan lupa bahwa diri kita ini pun manusia berdosa yang masih membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Waktu kita mendapatkan teguran atau nasihat kita langsung tersinggung. Alih-alih menerima saran mereka, kita malahan menganggap mereka sedang membesar-besarkan masalah dan sengaja ingin menjatuhkan kita. Kita perlu belajar menyadari kelemahan diri dan meletakkannya di kaki Tuhan untuk disempurnakan dalam kasih-Nya.
Perbaikan diri dimulai dari kemampuan untuk melihat kelemahan diri.


Sumber  :  Renungan Spirit

Glow in the Dark


Bacaan:

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. - Matius 5:16

Dulu sekali, saat saya masih remaja, saya pernah memiliki t-shirt “glow in the dark”. Sesuai namanya yang berarti “bersinar di tengah kegelapan”, maka kaos saya ini akan memancarkan sinar saat berada di tempat yang gelap. Saat ini kita banyak menemukan mainan atau semacam asesoris “glow in the dark” yang biasanya ditempel di dinding kamar atau di langit-langit kamar. Saat lampu dimatikan maka asesoris-asesoris itu akan memancarkan sinarnya yang khas. Semua yang berjenis “glow in the dark”, baik kaos, mainan, stiker, dll. hanya akan berfungsi jika berada di tempat gelap. Kalau di tempat terang, maka keistimewaan “glow in the dark” tidak akan terlihat sama sekali.
Tahukah Anda bahwa kita semua memiliki destiny sebagai “glow in the dark”? Tuhan sendiri berkata bahwa kita adalah terang dunia. Logikanya, terang hanya akan berfungsi di tempat gelap. Sayangnya, banyak orang Kristen justru hanya menunjukkan terangnya di tempat yang terang. Lupa, bahwa yang memerlukan penerangan adalah tempat-tempat yang gelap.
Mari kita teladani bagaimana pelayanan Yesus. Memang Dia juga mengajar di rumah Allah, tapi jangan pernah lupa bahwa sebagian besar waktu-Nya tidak dihabiskan di sinagoge (rumah Allah). Dia menghabiskan sebagian besar waktu-Nya di lapangan dan di tempat-tempat gelap yang perlu Dia terangi! Dia lewatkan waktu-Nya di pantai, di pasar, di bukit-bukit, di rumah pemungut cukai, di tempat yang memungkinkan seorang pelacur datang kepada-Nya.
Menjadi terang adalah mudah, sebab kita sendiri adalah terang adanya. Namun menjadi terang yang menyinari kegelapan, itulah yang sulit. Menjadi orang Kristen itu mudah, tapi menjadi orang Kristen yang berdampak bagi lingkungan dimana dia berada itulah yang penting. Dunia kita sedang berada dalam kegelapan dan kekelaman sedang menyelimuti bangsa-bangsa, inilah waktunya kita tampil untuk menerangi mereka, glow in the dark!


sumber  :  Renungan Spirit

Rabu, 12 Oktober 2011

Memelihara Tanggung Jawab


Bacaan: Amsal 27:18-20

Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya ... - Amsal 27:18


Ada yang menarik dari pohon persik. Pohon persik yang dibiarkan begitu saja akan tumbuh dan menghasilkan buah, namun buahnya akan cenderung kecil, keras dan rasanya masam. Hasil yang sama sekali tidak memuaskan, sekaligus mengecewakan. Untuk memperoleh hasil panen yang luar biasa berupa buah yang lezat dan manis, maka tidak ada pilihan lain kecuali diperlukan kerja keras dan perhatian yang cermat. Tiap batang pohon harus disirami, dipangkas, disemprot dan dijarangkan. Selain itu, pemeliharaan yang terus menerus diperlukan untuk menghindarkan dari penyakit daun atau serbuan serangga.
No pain no gain. Jika tidak ada usaha, maka juga tidak ada hasil. Jika usaha kita biasa, maka hasilnya juga biasa. Jika usaha kita asal-asalan, maka hasilnya juga akan mengecewakan. Itu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Itu hukum kehidupan yang akan terus berlaku.
Pekerjaan, bisnis dan pelayanan yang kita lakukan pun sama seperti pohon persik tersebut, yang memerlukan perhatian secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Jadi, hasil seperti apa yang kita kehendaki? Atau buah seperti apa yang kita ingin petik? Demikian juga halnya kita akan melakukannya. Sebagai seorang pebisnis yang menginginkan usaha kita berjalan dengan maksimal, maka jelas kita tidak boleh hanya duduk-duduk santai saja, melainkan kita terus memantau dan memperhatikan dengan seksama bagaimana jalannya perusahaan kita. Kalau perlu kita harus turun langsung ke tempat kerja, mengontrol secara langsung, memberi waktu lebih banyak kepada pelanggan atau klien secara langsung untuk mendengarkan feedback dari mereka.
Itu salah satu contoh saja dari hasil sederhana yang bisa kita kerjakan. Dalam pelayanan hal yang sama juga berlaku. Jika kita ingin pelayanan kita optimal, maka kita pun harus berani bayar harga lebih lagi. Sebenarnya semuanya berpulang kepada kita. Usaha kita akan menentukan hasil. Ketekunan setiap hari akan memberikan benefit besar dan memungkinkan setiap pekerjaan, bisnis, dan pelayanan kita menghasilkan buah yang manis, seperti yang kita harapkan sebelumnya. Untuk hal ini, ada dua musuh besar yang perlu kita waspadai, yaitu kemalasan dan kehilangan fokus dengan usaha yang kita kerjakan saat ini.
Peliharalah terus menerus tanggung jawab Anda, demi hasil yang optimal.


Sumber   :  Renungan Spirit

Reputasi


Bacaan:

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?- Galatia 3:3

Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, pernah berkata, “Dibutuhkan waktu dua puluh tahun untuk membangun reputasi dan lima menit untuk menghancurkannya. Jika memikirkan hal ini, Anda akan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.”
Karena untuk membangun reputasi dibutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang, itu alasan mengapa reputasi adalah sesuatu yang sangat berharga dan mahal. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dan mahal itu dijaga sedemikian rupa. Sayangnya, banyak orang melakukan kebodohan dengan menghancurkan reputasinya sendiri. Seperti yang kita tahu, satu-satunya orang yang bisa menghancurkan reputasi kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Meski ada orang mencoba menghancurkan reputasi kita dengan gosip, fitnah, atau berita-berita murahan, reputasi kita akan tetap terjaga.
Saat saya menulis renungan ini, pemberitaan mengenai terlibatnya tindak kriminal salah satu pejabat tinggi di negara kita sedang ramai-ramainya dibicarakan. Padahal sebelumnya dia dikenal sebagai orang yang cukup berjasa dalam memajukan Indonesia. Sayang, nila setitik rusak sebelanga. Berpikir pendek, saya rasa itu penyebab mengapa seseorang “rela” menghancurkan reputasinya sendiri yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Reputasi Daud sebagai raja yang bijak, yang pemberani, yang disertai Allah sudah tidak bisa diragukan lagi. Namun reputasi yang dibangun bertahun-tahun seolah-olah menguap saat ia memutuskan untuk berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan cara yang sangat licik.
Membangun reputasi itu butuh proses yang lama, sedangkan untuk menghancurkannya butuh waktu sekejap. Pikirkan ini, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati untuk tidak menghancurkan reputasi kita sendiri.

Sumber  :  Renungan Spirit

Anda Orang Penting!


Bacaan: Mazmur 139:13-24

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.- Mazmur 139:14


Executive Digest memuat sebuah tulisan sederhana yang tertulis di sebuah motel agar semua pekerjanya tetap masuk kerja, demikian isi tulisannya: “KAMU ITU PENTING”. Bila kamu ingin membolos tanpa memberitahukan pimpinan, dan kamu pikir bahwa ketidakhadiran satu orang tidak akan mengganggu maka kamu membuat pimpinanmu seperti seorang yang mengetik dengan mesin ketik yang satu hurufnya hilang. Dia memang bisa mencarikan seseorang untuk menggantikanmu, tapi hasilnya tentu tidak akan sama seperti bila dia bekerja dengan orang yang memang tepat untuk pekerjaan itu.
Apakah kita menyadari bahwa diri kita adalah orang penting? Demikian juga apakah kita menganggap setiap orang itu penting? Setiap orang itu penting, bukan karena kedudukan, kekayaan, popularitas, kekuasaan atau predikat hebat apa yang melekat di dalam dirinya. Setiap orang penting karena Tuhan memang menciptakan setiap orang itu penting. Setiap orang penting karena setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Daud menulis kejadian hidupnya yang dahsyat di dalam Mazmur 139:14 ,”Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”
Kesadaran untuk melihat bahwa setiap orang penting adalah hal yang sangat positif untuk membangun hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Jika kita tidak menganggap orang lain itu penting, bisa dipastikan akan ada masalah serius di dalam hubungan kita dengan orang lain. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa melihat bahwa setiap orang itu penting? Awali dari diri kita lebih dulu. Kita tidak mungkin bisa melihat orang lain penting sebelum menyadari diri kita adalah penting dan sebelum orang lain menganggap kita penting, kitalah yang harus menganggap diri kita penting terlebih dahulu. Kita penting sebagaimana diri kita penting bagi Allah, karena Allah punya kepentingan ilahi untuk mengimplementasikan kerajaanNya bagi dunia melalui diri kita. Ingat, Anda adalah orang penting sebagaimana Allah penting untuk hidup Anda.
Melihat bahwa setiap orang itu penting adalah kunci keberhasilan dalam membangun hubungan.


Sumber  :  Renungan Spirit

Kamis, 06 Oktober 2011

Power of Worship 2


Bacaan: Lukas 18:9-14

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.- Lukas 18:14

3. Kekudusan
Setiap kali kita datang kepada Tuhan melalui pujian penyembahan yang kita naikkan, pastikan kita datang dalam kekudusan. Hanya dengan kekudusan kita bisa bertemu Tuhan dalam hadirat-Nya, sebagaimana Ibrani 12:14 menyatakan, “Sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Jika kita tidak bertemu dengan Tuhan, berarti nyanyian yang kita berikan sama sekali tidak ada artinya. Yesus juga mengajar kita pentingnya hidup kudus saat akan beribadah. Jika memang ada ganjalan atau masalah dengan saudara kita, baiklah kita membereskannya lebih dulu, baru kita datang kepada Tuhan (Matius 5:24). Mengapa harus seperti itu? Karena Allah itu kudus, maka setiap orang yang datang kepada-Nya harus datang di dalam kekudusan.
4. Lapar dan haus akan hal-hal dari Allah.
Kita datang bukan dengan hati yang dingin atau biasa-biasa. Kita datang kepada Tuhan dengan penuh kerinduan agar Tuhan benar-benar menjamah dan memuaskan kerinduan kita. Jika kita datang beribadah dan memuji menyembah Tuhan dengan bermalas-malasan, jangan berharap Tuhan akan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya kepada kita. Hanya orang yang benar-benar haus dan lapar yang akan dipuaskan (Matius 5:6).
5. Kerendahan hati.
Yesus memberikan perumpamaan tentang dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk beribadah, orang Farisi datang dengan kesombongan sementara si pemungut cukai datang dengan kesadaran bahwa dirinya orang berdosa yang sebenarnya tidak layak. Orang yang berdosa itulah yang justru dibenarkan Tuhan. Mengapa? Karena ia rendah hati! (Lukas 18:9-14) Demikian juga unsur kerendahan hati perlu kita miliki saat kita memuji dan menyembah Tuhan. Kesombongan adalah hal yang sangat dibenci oleh Tuhan, sementara kerendahan hati justru akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya. Sikap hati seperti apa pada saat kita datang kepada Tuhan?
Hanya dengan sikap lapar dan haus akan Tuhan, kita akan dipuaskan dalam hadirat-Nya.

Sumber  : Renungan Spirit

Rabu, 05 Oktober 2011

Mission at Work


Bacaan:

-


Mengabarkan Injil enggak selalu harus dengan cara meninggalkan dunia kerja sekuler untuk masuk ke sekolah teologia. Kita tetap bisa menjalankan misi Kristus di tengah-tengah tempat kerja kita saat ini. Mau tau caranya? Simak dan terapkan yang berikut ini:
Action
Perbuatan berbicara lebih keras dari khotbah apapun juga. Lewat perbuatan kita bisa mengabarkan kasih dan karya Kristus dalam kehidupan kita. Melalui perbuatan jugalah orang bisa tertarik untuk mengenal Kristus. Banyak orang Kristen menggebu-gebu dalam menceritakan tentang Kristus pada rekan-rekan kerjanya, but tanpa perbuatan nyata yang bisa dirasakan orang-orang sekitar, sia-sia aja apa yang dia lakukan. Doi sekedar mendapat merk Kristen fanatik tapi enggak mampu menyentuh hati orang lain. Perbuatan kita memegang peranan penting banget untuk membuat orang lain jadi rindu mengenal Tuhan ato malah males denger soal Tuhan. So, perbuatan seperti apa yang bisa memberi pengaruh bagi orang lain di tempat kita bekerja?
Be Honest
Bersikap jujur dalam segala hal adalah kunci pertama yang musti kita pegang. Dalam hal sesepele apapun, jadilah orang yang bisa dipercaya. Jaga setiap kata- kata yang keluar dari mulut kita sebagai sumber yang paling bisa dipercaya. Perhatikan apakah setiap tindakan kita selalu berlandaskan kejujuran dan ketulusan. Gimana sikap kita kalo ada supplier yang menawarkan bonus alias fulus pelicin kelancaran bisnis? Apakah kita suka jalan-jalan ke mal pada jam kerja saat kita tugas di luar kantor? Apakah kita sering mencuri jam kantor dengan kegiatan yang enggak ada urusannya sama sekali dengan pekerjaan, misalnya internetan, telpon pribadi, ngobrol enggak ada habisnya ama temen kantor, etc. Apakah kadang-kadang kita memanipulasi biaya operasional kantor untuk kepentingan pribadi? Mencharge biaya taksi, bensin, atau ongkos yang sebenarnya enggak kita keluarkan? Kita harus belajar bersikap jujur dalam hal sekecil apapun supaya saat kita bicara soal Kristus, orang enggak akan ngetawain kita karena record buruk yang udah kita buat. Bila kita bisa dipercaya, orang lain akan lebih mudah mempercayai kesaksian kita tentang karya Kristus.
Kasih
Enggak bisa disangkal lagi, identitas kekristenan yang paling mencolok adalah dalam hal kasih. Karenanya kalo kita ngakunya orang Kristen, orang lain akan langsung mengharapkan tindakan kita yang penuh kasih. Enggak sombong, enggak kasar, pemaaf, baik hati, suka menolong, dst. Emang sih untuk melakukannya jelas butuh pengorbanan. Tapi, toh kita berbuat kasih bukan untuk mendapatkan pengakuan ato pujian dari orang-orang, kan? Kita berbuat kasih karena hati kita telah dipenuhi oleh kasih Kristus sehingga kasih itu meluap keluar dan memberkati orang lain.
Nilai Plus!
Kalau ingin memberi kesan lebih, berilah nilai lebih pada diri kita sendiri. Bukan berarti kita harus menjadi orang yang paling keren di tempat kerja. Jadilah orang yang diatas rata-rata dalam perbuatan baik. Sikap kita dalam bekerja, hasil pekerjaan kita, inisiatif kita dalam bekerja, kedisiplinan, kesungguhan dalam bekerja, kerajinan, kerelaan untuk bekerja keras, dll. Yang jelas sebagai anak Tuhan, sudah sepantasnya bila kita berusaha bekerja dengan baik karena kita tahu bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu adalah wujud pelayanan kita kepada Tuhan.
Ramah & Rendah Hati
Sikap ramah dan rendah hati memudahkan kita menarik minat orang lain untuk mengenal kita - termasuk juga mengenal Kristus yang ada dalam hidup kita. Orang bakalan malas ngobrol dengan kita kalo kita selalu menampilkan wajah tegang dan gengsi untuk menyapa orang lain terlebih dulu. Keramahan dan kerendahan hati kita yang tulus pasti akan berbuah manis, percaya deh!
No Judgement
Jangan pernah menghakimi orang lain, baik dosa-dosanya maupun agama dan kepercayaannya. Memberitakan Injil bukan soal membuat orang lain berpindah agama menjadi Kristen. Menginjili seharusnya tidak dilakukan dengan merendahkan keyakinan orang lain. Bagaimanapun juga hargailah pandangan dan keyakinan orang lain. Kita bisa kok memberitakan Kebenaran tanpa harus menghakimi. Biarkan orang lain yang menimbang dan mengalami sendiri Kebenaran yang kita sampaikan.
Kepada orang yang masih hidup dalam dosa, jangan menuding dan menghakiminya. Tetapi jangan pula menolerir dan membenarkan perbuatannya. Nyatakan kebenaran dengan tegas dan penuh kasih. Perhatikan bagaimana Yesus merangkul orang-orang berdosa dan membawa mereka kepada pertobatan.


Sumber  :  Renungan Spirit

Selasa, 04 Oktober 2011

Speak Out !


Bacaan: 1 Timotius 4:1-16

-


Gue enggak berani kasih nasihat, soalnya gue sendiri juga enggak sempurna. So, mendingan gue diem daripada kelak enggak bisa ngejalanin apa yang gue ucapin. Ada orang-orang yang punya prinsip seperti itu, akibatnya dia enggak pernah berani mengutarakan apa yang benar. Kalo prinsip seperti itu dipegang, sayalah orang yang paling enggak berani untuk menulis. Saya enggak akan pernah jadi penulis renungan karena kelak saya akan dituntut kalo gagal melakukan apa yang pernah saya tuliskan. So, kalo semua orang berprinsip seperti itu, kebenaran enggak akan pernah dinyatakan.
Girls, saya sendiri sadar bahwa saya bukanlah orang yang sudah sempurna. Saya sendiri juga punya perjuangan dan pergumulan hidup. Tapi kita enggak boleh bungkam membiarkan kesalahan terjadi dan menolerir dosa dalam kehidupan kita. Sama seperti kita juga enggak boleh jadi orang munafik yang cuma pinter ngomong (ato nulis) tapi enggak melakukan apa yang kita sampaikan. Kebenaran harus kita nyatakan.
Memang ada kalanya apa yang pernah kita sampaikan / nasihatkan kepada orang lain, akan berbalik menuntut diri kita sendiri. Namun itulah dahsyatnya kekuatan Firman Allah yang mampu menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Ibr. 4:12) Jujur saja bukan sekali dua kali saya sendiri ditegur, diuji, dikuatkan dan diberkati lewat tulisan maupun perkataan yang pernah saya ucapkan sendiri.
Jadi, enggak perlu bungkam karena takut diuji. Kita menyampaikan kebenaran Firman Allah bukan agar dipandang rohani, kan? Kita juga tidak menyampaikan kebenaran supaya kita dihormati atau dianggap lebih tahu dari orang lain. Kita menyampaikan kebenaran karena kita mengetahui kebenaran dan hidup kita pun telah dimerdekakannya. Kita menyampaikan kebenaran supaya orang lain tidak tersesat melainkan selamat. Ya, memang kita yang berbicara akan dituntut lebih banyak, namun karunia dan tanggung jawab yang telah Tuhan berikan pun harus kita pertanggung jawabkan. Maka, enggak perlu takut mengucapkan kebenaran!

Sumber : Renungan Spirit

Sedia Payung Sebelum Hujan


Bacaan: Kejadian 41

-


Waktu kecil, ketika saya pertama kalinya menerima uang saku, senengnya bukan main. Ayah saya memberikan uang saku sekali seminggu. Tentunya beliau ingin mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana mengelola uang meski tidak banyak. Hari Minggu adalah hari yang paling ditunggu karena itulah “hari gajian” kami. Anak-anak menerima uang jajan untuk dipergunakan di hari Senin sampai Sabtu mendatang. Pertama-tama, karena belum pernah pegang uang sebelumnya, saya membelanjakan uang itu untuk membeli jajanan yang saya inginkan di sekolah. Tak terasa uang sudah habis di hari kedua. Akibatnya, saya harus puasa jajan selama hari Rabu sampai Sabtu. Itulah pelajaran pertama dalam hidup saya, bagaimana pentingnya mengelola keuangan.
Hari-hari ini dunia sedang menggeliat kesakitan karena krisis ekonomi. Krisis besar-besaran ini adalah krisis keuangan terbesar sepanjang dunia modern. Resesi global sudah mulai terjadi diawali dari Amerika yang selama ini diyakini sebagai negara terkuat. Bahkan negara-negara yang selama ini dianggap maju dan stabil seperti Singapura dan Inggris telah merasakan dampaknya. Sebagai anak muda yang ngakunya modern ;) jangan sampai kita enggak tau apa-apa soal hal ini. Kalo selama ini kita sudah terbiasa hidup nyaman dalam kelimpahan, sekaranglah waktunya kita menggantinya dengan gaya hidup hemat sebelum terlambat.
Girls, kita memang punya Tuhan yang senantiasa sanggup mencukupi kebutuhan kita. Kita punya Allah yang enggak terbatasi resesi untuk memberkati kita. Tapi Tuhan tidak menghendaki kita hidup seperti orang bebal. Kita bisa meneladani Yusuf yang penuh hikmat Allah, mempersiapkan diri menjelang masa kelaparan selama 7 tahun, bahkan menyelamatkan hidup suatu bangsa yang besar. (Kej. 50:20)
Mulai sekarang kita harus lebih bijak dalam mengatur keuangan kita. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari gara-gara kebodohan kita sendiri. Hiduplah dengan hemat dan bijaksana. Malam minggu enggak selalu harus jalan-jalan ke mall (yang artinya bakalan bikin kita jadi pengen ini itu). Rutinlah menabung dan rencanakanlah pengeluaran dengan baik (bukan hanya membuat catatan pengeluaran saja). Enggak perlu kuatir akan hari esok, selama kita hidup dalam kehendak Tuhan. Okay, girl... be smart!


Sumber  : Renungan Spirit

Power of Worship 1


Bacaan: Matius 15:7-11

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,padahal hatinya jauh dari pada-Ku.- Matius 15:8

Pujian penyembahan tidak hanya sekedar bagian dari acara liturgi gereja saja. Pujian penyembahan dalam ibadah juga tidak hanya sekedar acara entertain atau tontonan untuk memberi hiburan. Pujian penyembahan bukan hanya kegiatan menyanyi, mengangkat tangan, atau bersorak-sorai tanpa arti. Pujian penyembahan adalah ekspresi terdalam yang keluar dari hati untuk mengagungkan Tuhan, pada saat yang sama akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya turun ke dalam hidup kita. Bagaimana supaya pujian penyembahan yang kita naikkan kepada Tuhan membuka pintu sorga dan menarik kuasa-Nya turun ke tengah-tengah kita? Inilah beberapa unsur pujian penyembahan yang perlu kita miliki.
  1. Ekspresi hati dan keintiman.
    Pujian penyembahan bukan hanya sekedar mengeluarkan suara atau menyanyi biasa. Pujian penyembahan sudah seharusnya keluar dari hati kita yang paling dalam sebagai ekspresi pengagungan kepada Tuhan. Pada saat kita memuji Tuhan seharusnya kita benar-benar meresapi setiap syair yang kita nyanyikan. Selain itu pujian penyembahan adalah wujud keintiman kita dengan Tuhan. Pujian penyembahan akan membuat kita menjadi dekat dan erat dengan Tuhan.
  2. Kebenaran dan ketaatan.
    Tuhan tidak hanya melihat “kehebatan” kita dalam terlibat pujian penyembahan di gereja, tapi Dia juga menyelidiki hidup kita, apakah kita hidup di dalam kebenaran dan ketaatan sesuai dengan Firman-Nya. Pujian penyembahan yang kita naikkan kepada Tuhan bisa memiliki kuasa kalau kita sebagai penyembah memiliki hidup yang benar di hadapan-Nya. Penyembahan yang dilakukan dengan benar adalah hal yang baik, namun Tuhan tidak hanya sekedar mencari penyembahan yang benar, tapi Dia mencari penyembah yang benar. Tidak ada gunanya kita pintar menyembah tetapi tidak menjadi penyembah yang benar. Penyembahan yang baik tidaklah cukup untuk menarik kuasa Allah, penyembah yang benarlah yang akan menarik hadirat Tuhan dan kuasa-Nya!
Tuhan mencari penyembah yang benar, bukan penyembahan yang benar.


Sumber  : Renungan Spirit

Rabu, 21 September 2011

Mujizat Masih Ada

Mujizat Masih Ada“Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu” Yesaya 43.1b-3a

Banyak orang yang tidak tahan ketika berbagai masalah datang bertubi-tubi dalam kehidupannya. Dan tidak sedikit yang protes kepada Tuhan mengapa hidup mereka begitu susah, mengapa mereka tidak pernah lepas dari berbagai masalah, mengapa mereka belum menerima jawaban atas doa-doanya, dan mengapa mereka tidak mengalami mujizat dalam kehidupan mereka. Mungkin kita pernah mengalaminya atau bahkan saat ini kita sendiri dalam kondisi seperti itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika kita menghadapi berbagai macam masalah dan pencobaan dalam kehidupan kita, kita harus tetap berpegang teguh kepada Firman Tuhan.
Firman Tuhanlah yang menjadi satu-satunya kekuatan bagi hidup kita.
FirmanNya akan senantiasa memberi kekuatan baru dalam hidup kita. Melalui janji-janjiNya Dia akan menuntun hidup kita dan memberi kita hikmat atas segala masalah yang kita hadapi. Melalui FirmanNya Dia menghibur dan memberikan damai sejahtera bagi hidup kita. Dan melalui FirmanNya, kita senantiasa dikuatkan dalam pengharapan kita kepada Yesus dan kepada setiap janji-janji yang telah diberikan bagi kita.
Ketika pengharapan itu tetap terpelihara dalam hidup kita, maka kita akan menjadi kuat untuk mengatasi dan menjalani berbagai masalah dalam hidup kita. Iman kita tidak akan tergoyahkan oleh karena pengharapan akan membawa kita maju terus berlari menggapai tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita.” Ibrani 6:19-20b
Syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus, karena pengorbananNya kita dapat menaruh pengharapan kita kepadaNya setiap waktu, kapanpun dan di mana saja kita berada.
*courtesy of PelitaHidup.com
Yesus berjanji bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita, meskipun kita menyeberang melalui air atau melalui sungai-sungai, kita tidak akan dihanyutkan; meskipun kita berjalan melalui api, kita tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar kita. Ini berarti bahwa Tuhan akan menyatakan mujizat-mujizatNya dalam kehidupan kita. Hal-hal yang terlihat mustahil akan menjadi mungkin dalam kehidupan kita.
Sama seperti ketika bangsa Israel dikejar orang-orang Mesir dan harus menyeberang Laut Teberau, Tuhan menyatakan mujizat, membelah laut dan membukakan jalan bagi mereka, sehingga mereka dapat menyeberang dengan aman bahkan tanpa basah sekalipun, serta dilepaskan dari bahaya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Juga seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dilempar ke dapur api oleh karena memegang teguh percayanya kepada Tuhan Allah yang mereka sembah. Sekalipun dapur api dipanaskan berkali-kali lipat, sampai orang yang melempar mereka ikut mati terbakar, mereka tidak terbakar sedikitpun dan tetap hidup. Sehelai rambut merekapun tidak ada yang terbakar. Mujizat terjadi dan nama Tuhan dipermuliakan.
Mujizat masih ada hingga saat ini. Tuhan Yesus tidak pernah berubah dahulu, sekarang sampai selama-lamanya. Sebesar apapun masalah yang harus kita seberangi, dan sepanas apapun situasi yang sedang kita hadapi, mari kita tetap serahkan hidup kita pada tuntunan Tuhan. Tetap percaya kepada janjiNya bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita dan membawa kita menyeberangi masalah yang sedang kita hadapi dan akan melepaskan kita dari situasi panas apapun yang sedang kita hadapi. Mujizat pasti terjadi.
Jangan takut atas apa yang akan terjadi atas hidup kita karena Tuhan telah menebus hidup kita, Dia sendiri yang telah memanggil hidup kita sehingga hidup kita menjadi milik kepunyaanNya, dan Dia sendiri juga yang akan membela hidup kita. Dia tidak akan mempermalukan umatNya yang berseru dan berharap kepada Dia. Dia akan melepaskan kita dari segala kesusahan dan memberi kemenangan atas setiap masalah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Mari tetap hidup dalam FirmanNya dan tetap berharap kepada Yesus, karena mujizat masih ada. Haleluya!
.
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” 1 Petrus 4:12
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lukas 1:37
Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! ” Markus 9:23

From : http://www.pelitahidup.com

Pemulihan : Mengatasi Rasa Bersalah Untuk Bangkit

pemulihan-mengatasi-rasa-bersalah-untuk-bangkitMazmur 51:3-12
3. Kasihanilah aku, ya, Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! 4. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! 5. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. 6. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 8. Sesungguhnya, engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. 9. Bersihkanlah aku dari pada dosaku  dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! 10. Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorai kembali! 11. Sembunyikanlah wajahMu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! 12. Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Apakah saudara  merasa bersalah hari ini atau pada hari-hari yang sudah berlalu ? Minggu ini saya merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dapat saya lakukan, tidur  terlalu larutsehingga membuat kepala saya pusing, saya telah batal mengunjungi seseorang yang sedang berada di rumah sakit. Rasa bersalah itu dapat saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena kita tidak  melakukan sesuatu yang seharusnya, misalnya  telah berbicara menyinggung/menyakiti hati  orang lain, telah marah secara berlebihan, tidak mengendalikan lidah, terlalu curiga, terlalu khawatir, tidak terbuka, tidak jujur, telah mencemaskan sesuatu yang tidak terjadi, tidak belajar ketika akan menghadapi ujian sekolah dan lain-lain.
*courtesy of PelitaHidup.com
Apakah rasa bersalah itu ?
Rasa bersalah adalah sebuah perasaan yang tidak merasa bahagia,tidak merasa ada damai  dan tidak tentram. Perasaan yang buruk, salah, tidak berharga, merasa gagal, merasa malu dan kalah karena sesuatu perbuatan yang telah dilakukan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan bersalah itu muncul karena kegagalan untuk mencapai standar-standar perilaku yang telah kita tetapkan sendiri. Misalnya ketika kita telah mengecewakan atau menyakiti hati seseorang, itu merupakan suatu perilaku yang buruk atau dosa.
Maka solusinya adalah kita belajar cara hidup yang  baik agar tidak merugikan oranglain atau siapapun. Jika ini kita lakukan tentunya kita tidak akan merasa bersalah. Pandangan seperti ini melihat bahwa dosa itu adalah masalah horizontal saja, yaitu hubungan sesama antar manusia.Berbeda dengan pandangan Alkitab,bahwa dosa itu juga memiliki dimensi vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Allah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Rasa bersalah itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Daud, adalah merupakan suatu dosa.Dosa itu menyakiti hati Allah.Alkitab mengatakan bahwa pada dasarnya kita semua bersalah.“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”, (Roma 3:10).Artinya kesalahan itu sifatnya universal atau umum.Di mata Allah semua manusia bersalah, karena manusia cenderung tidak mau dipimpin oleh Allah dan memberontak terhadap-Nya.
Apa yang  Daud telah ungkapkan dalam Mazmur  51 ini, adalah sebuah pengakuan dosa dari Daud. Nabi Natan telah diutus Tuhan datang kepada Daud supaya membeberkan dosa perjinahan yang telah dilakukan Daud dan pembunuhan yang telah direncanakan/dilakukan oleh Daud, dalam kisah 2 Sam.12 : 1-13. Dalam kisah ini, Daud  telah melakukan perjinahan dengan istri Uria bernama Batsyeba, dan karena hendak mengambilnya menjadi istrinya maka Daud dengan sengaja merencanakan dan membiarkan Uria mati dalam peperangan.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah Uria dibarisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati”, 2 Sam 11:15. Ini merupakan sebuah rencana pembunuhan yang dibuat oleh Daud terhadap Uria dan  Uriapun mati dalam pertempuran. Maksudnya ialah supaya ia dapat memiliki Batsyeba, mengambilnya menjadi isterinya.
Nabi Natan kepada Daud, dan ia menceriterakan  kepada Daud tentang seorang kaya yang mengambil anak domba satu-satunya kepunyaan orang miskin untuk menjamu tamu orang kaya tersebut,maka marahlah Daud, agar supaya orang kaya itu dihukum mati karena tidak mengenal belas kasihan. Melalui cerita itu Natan menegur Daud bahwa Daudlah orang itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?”, 2 Samuel 12: 9a. Akhirnya Daud sadar akan apa yang telah diperbuatnya, keadaan itu membuat Daud menjadi gelisah dan tidak tenang, hidupnya diliputi oleh rasa bersalah. Apa yang tidak berkenan dan yang jahat bagi  Allah telah ia perbuat.  Daud merasa hidupnya sudah tidak nyaman lagi karena ia terus dibayang-bayangi oleh perbuatannya yang berdosa itu.  Ia merasa bersalah, dan hatinya tidak tentram. Daud menginginkan ketenangan itu kembali dalam hidupnya, namun hal tersebut tidak akan diperolehnya sebelum ia membuat pengakuan yang jujur dengan sepenuhnya kepada Allah. Bagaimanakah Daud mengatasi rasa bersalahnya untuk bangkit kembali ?
Ada 4 hal yang dilakukan oleh Daud, yaitu:
  1. Bergumul melawan  dosa

Daud tidak langsung bertobat ketika ia berselingkuh dengan Batsyeba. Memerlukan beberapa waktu lamanya  sampai hal yang telah dilakukannya itu menjadi suatu pergumulan dalam hatinya. Setelah nabi Natan datang kepada Daud dan menceriterakan kisah tentang seorangkayayang  mencuri domba dari  seorang miskin, barulah Daud mengerti tentang kesalahannya. Mendengar kisah ini Daud baru sadar akan kejahatan yang telah ia perbuat itu.
Untuk memperoleh pengampunan dan pembaharuan dari Allah atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat itu tidaklah mudah. Apalagi jika seseorang itu telah mengalami keselamatan dan kemudian terjerumus ke dalam suatu kesalahan atau dosa maka akan mungkin mengalami pergumulan rohani yang panjang untuk mengalami pertobatan dan pemulihan. Pengampunan selalu ada pada Allah, yang Ia kehendaki ialah  supaya kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari Daud kita dapat belajar bahwa betapa menakutkan melukai hati Allah yang kudus setelah kita diberkati oleh Allah. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku”, ayat 5. Ini merupakan suatu kesadaran tentang tanggungjawab pribadi atas kesalahannya. Kata yang sering muncul dalam bacaan Firman Tuhan di atas ialah pelanggaranku, kesalahanku, dan dosaku.
Daud tidak mencari-cari alasan atau pembelaan, dan pembenaran terhadap dirinya mengapa iasampai berbuat dosa. Daud juga tidak menyalahkan pada keadaan yang membuat kesempatan itu terjadi, juga dia tidak  mempersoalkan ketidak-pengetahuan, atau karena kebutuhan, karena godaan, juga dia tidak melibatkan Batsyeba yang harus ikut menanggung kesalahan dalam perjinahannya, sehingga pembunuhan itupun terjadi.
Kesalahan yang dilakukan Daud itu adalah tanggungjawab Daud sendiri. Pengakuan yang sejati itu ialah mengakui kesalahannya dengan tidak mencoba berdalih. Daud tidak mau tinggal terus menerus dalam dosanya, karena itu ia datang kepada Allah untuk memohon pengampunan supaya dipulihkan.  “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”, 1 Yohanes 1:9
Kita harus bergumul melawan dosa, sebab dosa itu melawan Tuhan.Jangan biarkan dosa itu tetap tinggal dalam hidup kita tapi lawan dan perangilah itu.Hadapi dosa itu,dengan bersikap terbuka dan jujur dihadapan Allah.Jangan ada yang disembunyikan akuilah semua kesalahan dan dosa itu kepada Allah.Allah pasti mendengarkan semua beban kita, karena Ia selalu setia terhadap kita. Ia mengasihi kita.
Membiarkan dosa dan tidak mengakuinya, ini mencegah kita untuk menikmati hubungan dan persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang menyangkal dosanya atau berusaha menyembunyikannya, tidak mau mengakuinya, tidak menyesali dan meninggalkannya, tidak akanmerasa tenang dalam hidupnya dan tidak akan bertumbuh secara rohani. Pengampunan dan kemurahan Allah itu tersedia bagi semua orang yang mau datang kepadanya dengan sungguh hati untuk menerima pemulihan. “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”, Amsal 28:13.

2. Mengakui bahwa dosa itu melawan Tuhan

Setelah Daud menyadari kesalahanyang telah ia perbuat kepada manusia, ia juga menyadari bahwa terutama dosanya itu ialah kepada Allah. Firman Tuhan mengatakan bahwa dosa itu adalah perbuatan yang jahat dimata Allah.“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?Uria, orang Het itu, kau biarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kau ambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kau biarkan dibunuh oleh pedang bani Amon”, 2 Samuel 12:9.
Terlepas dari perbuatan Daud terhadap Batsyeba dan Uria suaminya, maka tindakan Daud itu pada akhirnya adalah menentang Allah. “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu”, ayat 6. Daudpun membuat sebuah pengakuan kepada Allah yang tanpa tersembunyi tentang kesalahan yang telah diperbuatnya. “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku”, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku, Mazmur 32:5.
Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh akan menghasilkan pengampunan.Dengan pengakuan tersebut apabila Allah menjatuhkan hukumanNya atas orang berdosa Allah tidak boleh dituduh kejam.Daud mengakui bahwa Allah itu adil dalam segala keputusanNya.Resiko akibat dosa yang telah diperbuatnya itu dapat diterima oleh Daud sebagai maksud baik Allah.
Ada resiko yang harus diterima oleh Daud akibat dari perbuatan dosanya itu, yaitu anaknya yang dikandung oleh Batsyeba itu ditulahi oleh Allah sehingga sakit dan akhirnya mati. Sekalipun Daud telah berpuasa dan menangis untuk  berdoa minta belaskasih Allah agar anak itu tetap hidup tetapi keputusan Allah tetap terlaksana. Allah mau menunjukkan keadilanNya walaupun hati Daud terluka oleh kematian anak tersebut, karena itu Daud sangat menyadari bahwa keputusan Allah adalah baik apapun juga.  Sekalipun Daud bersedih tetapi ia tidak bisa menolak kehendak Allah dan Daud  merima keputusan Allah itu sebagai sesuatu yang baik.
Sebab itu ketika anaknya itu mati, Daud bangkit dan menyembah Tuhan.Daud tetap menyembah Tuhan disaat luka dihatinya masih ada akibat kesalahannnya itu.“Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah”, 2 Samuel 12:20a.
Kesalahan itu mengandung resiko yang harus ditanggung. Saudaraku, bila saat ini engkau sedang mengalami suatu sakit, luka atau derita akibat kesalahan yang telah diperbuat di masa yang lampau anggaplah itu sebagai bentuk perhatian dan kasih Allah. Terimalah luka atau penderitaan yang wajar kita tanggung itu karena  akibat dosa atau  kesalahan kita, tapi jangan pandang  itu sebagai hukuman yang berkelanjutan, namun pandanglah itu sebagai sebuah proses penyembuhan yang akan terjadi kemudian setelah kita mengalami perubahan dalam hidup kita. Jika kita menyadari bahwa sesuatu beban yang kita terima/pikul saat ini adalah sebagai akibat dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, maka hal itu  harus kita terima sebagai sesuatu keputusan yang adil dari Tuhan.  Jadikan hal itu sebagai suatu peringatan atau sebagai kenangan indah untuk kita merasakan kasih Allah.
Jangan kecewa, jangan putus asa, tetaplah menyembah Dia. Dia mengasihi, sangat mengasihi sekalipun kita orang berdosa. Sebab tidak selamanya kita dibiarkan menderita. Justru dengan resiko yang diterima itu kita dapat merasakan betapa besar kasih dan keadilanNya.Ia pasti menyediakan yang terbaik lagi di masa yang akan datang sesuai proses perubahan hidup yang kita jalani. Dia akan mengubahkan keadaan yang buruk untuk menjadi sebuah kebaikan.

3. Menyadari orang berdosa  memerlukan pengampunan Allah

Daud mengakui bahwa sejak dari kandungan atau lahir dia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Daud menyatakan bahwa manusia itu sifatnya berdosa, dengan kata lain setiap orang itu sejak dari lahir memiliki suatu kecenderungan untuk melakukan suatu kesenangan dan keiinginan diri sendiri, yang bahkan dapat menyebabkan orang lain menderita.
“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”, ayat 7. “.. hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!’, ayat 3. Hapuskan artinya ‘dikikis’ dibersihkan seperti sebuah tulisan dihapuskan, sehingga tidak kelihatan lagi. “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!”, ayat 4. Dosa dilihat sebagai sesuatu yang berurat berakar secara dalam yang memerlukan pengobatan intensif, yaitu dengan membuang habis dosa sehingga menjadi tampak bersih.
Kecenderungan berdosa ini hanya dapat dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan di dalam Yesus Kristus yang telah membayar, menebus kita dengan kematiannya di kayu salib dan oleh tuntunan Roh Kudus.Kita membutuhkan pertolongan Tuhan, sebab usaha kita hanyalah sia-sia jika bukan karena Tuhan yang menolong untuk membebaskan kita.Pengampunan yang diberikan Tuhan itu akan memulihkan keadaan kita. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menyediakan pertolongan itu melalui kematianNya di kayu salib. Oleh sebab itu siapa yang datang dan percaya kepadaNya akan diselamatkan.

4. Penyerahan diri kepada Allah untuk dibaharui

Kita sebagai orang percaya sangat memerlukan Roh Allah mendiami kita untuk menciptakan di dalam diri kita hati yang selalu menjauhi dan membenci dosa. Roh Kudus itu akan membaharui kita untuk selalu merindukan dan melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. Hanya Allah saja yang dapat membuat  kita menjadi ciptaan baru dan memulihkan kehidupan kita. “Jadikanlah aku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”, Mazmur 51: 12.
Kita harus datang kepada Allah dan meminta pengampunanNya karena terhadap Allah kita telah berdosa. Daud mengakui kedalaman yang sebenarnya dari kesalahannya itu sebagai keadaan manusia sejak dilahirkan.Hanya Allah yang dapat membersihkan, hanya Allah pula yang dapat melaksanakan pemulihan jiwa dan tubuh secara sempurna dari kehancuran dan akibat dosa.“Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! (ayat 9-10).
Daud tidak akan merasa tenang sebelum ia mengutarakan segala dosanya dihadapan Allah. Perasaannya perih oleh penyesalannya atas keterlibatannya dalam pembunuhan terhadap Uria, Daud membawa jiwanyayang hancur itu kepada Allah sebagai persembahan yang sejati. “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur , hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah”, Mazmur 51:19. Tanpa jiwa yang hancur tampaknya segala korban itu tidak bermakna.Setelah Daud membuat pengakuan dosanya, maka nabi Natan langsung mengumumkan pengampunan dari Allah. Allah mengampuni Daud dan  Daud sadar tentang keajaiban kasih dan pengampunan yang begitu indah diberikan Allah kepadanya atas kesalahannya yang sangat besar itu.
Tidak mudah bagi Daud mengakui dosanya itu kepada Allah, namun ia berjuang melawan ungkapan hati terdalamnya itu kepada Allah sekalipun diliputi oleh rasa malu, direndahkan dan dipatahkan oleh rasa bersalahnya. Namun  akhirnyaia ditolong dari keputus-asan itu oleh  iman penyesalannya di dalam kasih Allah.
Dampak dari rasa bersalah itu memang sangat dalam seperti  perasaan ditolak, ketidakmampuan untuk mengatakan tidak, munculnya depresi, kecemasan, dan kehilangan keintiman rohani dengan Allah. Kita bukanlah sebagai orang yang pertama merasakannnya. Jangan lari dan menghukum diri menjadi korban rasa bersalah, sebab jika ini dibiarkan maka keputus-asaan dan kegagalan akan mendatangi kita. Alkitab telah mencatat dalam kitab Mazmur, tentang  gambaran keputus-asaan itu, “Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku”, Mazmur 38:5.
Saudaraku, Allah mengerti beban berat itu, dan Ia menyediakan jalan untuk mengatasinya.  Oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib, Ia menyatakan kita tidak bersalah dan ditebus dari dosa.  Jika kita terus saja berpegang pada rasa bersalah itu, maka kita seolah-olah lebih tahu dari pada-Nya, dan kita menyia-nyiakan pengorbananNya yang rela mati buat kita.Tuhan meminta kita untuk memperbaharui pikiran kita dengan kebenaran FirmanNya untuk membantu kita supaya terhindar dari ganjaran yang tidak menyenangkan.Keadaan memang tidak berubah tapi Allah akan memperbaharui kita dengan memberi kekuatan yang baru serta ia akan mengubah hidup kita menjadi manusia yang baru bagiNya, karena walaupun kita berdosa tapi dapat dibenarkan olehNya karena iman kita kepadaNya kepada kasihNya.
Secara emosional kita mungkin hidup begitu lama dibawah rasa bersalah sehingga menghukum diri sendiri dan tidak merasa ada kebebasan lagi  untuk menjadi baik. Bangkitlah, hadapi rasa bersalah itu, akui dihadapan Tuhan dengan terbuka, dengan jujur dan minta pengampunan dari Tuhan dan bertobat. Jangan berhentimencoba untuk dipulihkan, buang putus asa itu dan rasa ketidakbergunaan itu, datanglah kepadaNya sebab Allah selalu menunggu kita dengan setia.Berserahlah dan minta pengampunan dari Allah. Curahkan semua isi hati, tekanan-tekanan dan beban-beban berat yang menghimpit itu.Meraunglah, menangislah, menjeritlah kepada Tuhan, Dia menunggu dan mendengarkan. Bawalah seluruh jiwa dan hati yang hancur itu kepada Tuhan. Tuhan pasti meringankan beban itu dan memberikelegaan serta bebaskan dari semua beban berat yang menindih itu.  Allah tidak ingin membinasakan umatNya, Ia selalu menawarkan pengampunan jika kita mau bertobat. Pengampunan itu disediakan bagi semua orang , yang sekalipun telah berbuat dosa. “Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun  berwarna  merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih  seperti bulu domba, Yesaya 1:18.
Jika  ini sudah datang mengakui kesalahan itu kepada Tuhan dengan rendah hati yang tulus, rasakan betapa besar pengampunan yang diberikanNYa itu, rasakan betapa besar kasihNya itu. Allah adalah kasih.Dia Allah mengasihi, mengasihi orang berdosa.  Dia merindukan orang berdosa datang kepadaNya untuk dipulihkan.  Iblis memang suka mematahkan semangat, dan mengintimidasi kitasebagai orang tidak berguna orang berdosa, sekarang katakan kepada iblis bahwa engkau  telah dibebaskan dan dipulihkan Allah.Engkau sudah dibebaskan, sudah dimerdekakan oleh kasih karunia Tuhan.

Hiduplah sebagai seorang anak Allah yang telah diampuni. Buang rasa malu itu karena  hanya membuat jurang pemisah dalam hubungan kita dengan sesama dan Allah.Terimalah kebebasan dari rasa bersalah itu dalam kasih Allah yang telah dikaruniakanNya melalui pengampunanNya.  Bangkitlah sebagai seorangpemenang yang telah dibebaskan dan dibaharui dalam kasihNya. Berjalanlah dalam terang Firman Allah dan Roh Kudus, sebab di dalam Tuhan, masa depan itu sungguh ada. “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”, Amsal 23:18. Tuhan mengasihimu.
.
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis didalamnya, sebab waktunya sudah dekat”, Wahyu 1:3.

Sumber : http://www.pelitahidup.com

Pertandingan Iman : Memenangkan Mahkota

pertandingan-iman-memenangkan-mahkota“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” 1 Korintus 9:25

Dalam setiap pertandingan olahraga, selalu ada hadiah yang disediakan bagi pemenang. Dan setiap peserta pertandingan/perlombaan akan berusaha dengan maksimal agar mereka dapat memperoleh apa yang mereka kejar.
Merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai ketika kemenangan itu dapat diraih. Bahkan kita dapat melihat satu kota atau satu negara yang merayakan kemenangannya jika tim yang mewakili mereka dapat meraih juara. Tim tersebut akan dielu-elukan dan diarak ke seluruh kota.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tentunya mereka meraih posisi juara bukan tanpa perjuangan. Berbagai latihan keras mereka jalani agar mendapatkan performa yang maksimal. Kedisiplinan dalam berlatih harus terus dipertahankan agar mereka dapat menjadi juara. Berbagai teknik dan strategi diterapkan agar mereka dapat bersaing dengan lawannya dan memenangkan pertandingan.
Dan bagi mereka yang benar-benar mempersiapkan latihannya dengan sangat baik akan memperoleh juara dan menerima piala/medali atas kemenangannya.
Dalam hal kerohanian, ternyata kita juga harus menjalankan/mengikuti pertandingan/perlombaan iman. Kita tidak hanya menerima keselamatan dari Kristus saja, tetapi kita diwajibkan untuk mengikuti perlombaan iman.
*courtesy of PelitaHidup.com
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Ibrani 12:1

Tentu saja kita tidak sekedar mengikuti perlombaan itu tanpa memperoleh hasil. Sama dengan perlombaan/pertandingan olahraga, mahkota juara juga disediakan Tuhan bagi setiap kita yang dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik. Dan mahkota yang disediakan bukan sekedar mahkota yang fana dan dapat pudar seperti piala/medali yang diperoleh olahragawan, tetapi merupakan mahkota yang kekal dan abadi, yang jauh lebih mulia dan berharga dibanding mahkota di dunia ini (1 Kor 9:25).
*courtesy of PelitaHidup.com
.
Bagaimana kita dapat mengikuti pertandingan/perlombaan yang diwajibkan ini dan bahkan meraih mahkota yang Tuhan sediakan?

1. Menanggalkan semua beban dan dosa

Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita.” Ibrani 12:1
*courtesy of PelitaHidup.com
Jika seorang olahragawan mengikuti pertandingan dengan membawa sebuah tas yang tidak diperlukan dalam pertandingan tersebut, maka tas tersebut justru akan menjadi beban bagi dia dalam bertanding. Beban itu akan menganggu performanya sehingga akan mempersulit dia untuk meraih posisi juara.
Sama juga dengan beban hidup kita dan juga dosa yang masih kita perbuat, akan menganggu kerohanian kita. Beban hidup bisa berupa amarah, kekecewaan, sakit hati, iri hati, kesombongan, keputusasaan, keras hati dan lain sebagainya.
Jika kita masih membawa beban-beban tersebut dan melakukan dosa dalam kehidupan kita, maka kita akan kesulitan untuk dapat bertanding secara iman. Kita akan sulit berdoa, sulit membaca Firman Tuhan, sulit mengasihi sesama, sulit mengampuni dan masih banyak hal lagi yang akan menjadi sulit untuk dilakukan ketika masih ada beban dan dosa dalam hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Bagaimana mungkin kita dapat mengikuti pertandingan iman bahkan meraih mahkota jika kita masih membawa beban hidup dan melakukan dosa?
Mari tanggalkan segala beban dan dosa yang dapat menghalangi kita untuk menjalani pertandingan iman.
.

2. Melatih diri

Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” 1 Korintus 9:26

Pertandingan bagi seorang olahragawan tidak hanya berpusat kejuaraannya saja, tetapi merupakan proses. Proses dimulai dari latihan fisik, latihan beban, latihan teknik, latihan strategi, kerjasama tim, pola makan yang baik, pola hidup yang baik, pola tidur yang baik dan lainnya. Semua aspek dijalani dengan baik dan terencana agar dapat memperoleh performa yang maksimal ketika bertanding.
Demikian juga dalam pertandingan iman, kita harus menjalani kehidupan rohani kita dengan seksama. Kita harus melatih hidup kita agar kita menjadi kuat dalam iman. Iman yang kuat dan bertumbuh tidak diperoleh dalam sekejap saja, tetapi merupakan iman yang dibina hari lepas hari dengan tuntunan Firman Tuhan.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25

Melalui ibadah, doa, pembacaan Firman Tuhan, mengasihi sesama, mengampuni orang yang menyakiti kita, membantu sesama, menghormati orang tua, menjalankan pekerjaan dan bisnis secara jujur, tidak kompromi dengan dosa, menjaga kekudusan pernikahan, tidak mengikuti pergaulan yang buruk dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk melatih hidup kita agar dapat menjalani pertandingan iman dengan baik.

Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” 1 Timotius 4:7b-8
.

3. Berlomba dengan tekun

“…. dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Ibrani 12:1

Kesuksesan dalam pertandingan tidak diraih dalam waktu singkat. Banyak olahragawan yang memulai pelatihannya sejak usia dini dan mereka juga banyak menemui kekalahan dalam pertandingan-pertandingan yang dijalaninya. Tetapi kekalahan yang mereka alami tidak membuat mereka putus asa dan mundur. Jika mereka mengalami kekalahan, mereka akan kembali berlatih dan lebih giat lagi berlatih agar mereka dapat meraih kemenangan pada pertandingan berikutnya.
Ketekunan yang mereka jalani pasti akan membuahkan hasil yang manis pada waktunya. Olahragawan-olahragawan sukses yang berada di sekitar kita merupakan sosok-sosok yang bertekun dalam berlatih, bangkit dari kekalahan dan terus berlatih hingga meraih kemenangan.
Kegagalan dalam kehidupan kita merupakan hal yang biasa terjadi. Tidak ada kesuksesan yang tanpa diawali dengan kegagalan. Bahkan Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali sebelum dia sukses menemukan lampu pijar. Dan setelah itu dia menemukan banyak alat dan telah dipatenkan semuanya dengan jumlah 1.093 penemuan. Dia mengatakan bahwa:
“Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut dengan kegagalan”
“Jenius adalah 1 persen ide cemerlang dan 99 persen kerja keras”
Ketekunan dalam menjalani pertandingan iman yang diwajibkan bagi kita merupakan hal yang penting. Jangan menyerah ketika kita menemui berbagai masalah yang berat, jangan menyerah ketika kita disakiti oleh orang terdekat kita, jangan kecewa ketika keadaan tidak seperti yang diharapkan, jangan putus asa ketika tidak ada jalan keluar. Tuhan pasti akan memberikan kita kekuatan untuk menanggung semua yang kita alami.
Tetap setia mengiring Yesus, tetap tekun berdoa dan beribadah, tetap mengasihi sesama kita, tetap mengampuni orang yang menyakiti hati kita, tetap melayani walaupun banyak yang mengecewakan.
Ketekunan kita pasti akan membuahkan hasil. Tuhan akan memberikan upah bagi setiap orang yang setia. Iman kita akan bertumbuh menjadi kuat. Dan setiap kegagalan yang kita alami justru akan mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar, untuk meraih kemenangan dan sekaligus mahkota yang abadi.
.
Mari jalani pertandingan iman yang diwajibkan bagi kita, persiapkan diri kita untuk dapat menjalani pertandingan dengan baik dan jalani pertandingan dengan tekun, maka kita akan melihat karya Tuhan yang luar biasa terjadi dalam kehidupan kita. Haleluya!
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” Ibrani 12:2-3

Sumber : http://www.pelitahidup.com

Selasa, 20 September 2011

Penggoncang Dunia


Bacaan: Kisah Para Rasul 17:1-9

Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga kemari. - Kisah Para Rasul 17:6


Kehidupan orang Kristen pada masa gereja mula-mula sangat dahsyat. Bahkan kehadiran dua orang dari mereka saja telah membuat Tesalonika gempar. Selama tiga hari pelayanan mereka di kota itu, dikatakan bahwa sejumlah besar orang bertobat, beberapa diantaranya bahkan orang-orang terkemuka. Yang menarik adalah, mereka disebut orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia. “…Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga kemari.” (Kisah Para Rasul 17:6) Sebuah sebutan yang luar biasa! Tentu saja mereka tidak mengacau dalam arti yang negatif Apa yang mereka lakukan hanyalah memberitakan Injil di tempat tersebut. Kemungkinan besar, selama mereka memberitakan Injil disertai dengan tanda-tanda heran dan mujizat sehingga begitu banyak orang menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas. Itulah yang membuat orang-orang Yahudi iri hati, takut dan gelisah. Bahkan sangat mungkin dari gaya hidup mereka yang luar biasa membuat banyak orang tertarik mengenal Yesus.
Kita jarang mendengar orang-orang Kristen yang diberi label pengguncang dunia karena sikap kerja yang positif. Jangankan menggoncangkan dunia, beberapa diantaranya malah terseret arus dunia yang tidak benar. Melakukan kecurangan, ikut-ikutan korupsi, tidak tepat waktu, atau bekerja asal-asalan. Jarang sekali terdengar bahwa di suatu perusahaan ada satu atau sekelompok orang Kristen yang hidupnya totally different dengan pekerja kebanyakan. Bahkan anak-anak Tuhan yang menempati posisi strategis di dunia kerja menjadi keblinger dan lupa untuk menjadi garam dan terang di tempat kerja.
Ini waktunya pekerja-pekerja Kristen menjadi orang-orang yang mengguncangkan tempat-tempat usaha dan bisnis. Sangat menarik kalau suatu hari kita mendengar bahwa dimana-mana banyak orang-orang Kristen yang hidup berbeda dengan pekerja kebanyakan. Tidak masalah dimana kita bekerja dan apa posisi kita. Kita memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pekerja-pekerja yang mengguncangkan tempat pekerjaan kita dan meninggikan Yesus melalui hidup kita.
Jadilah saksi Kristus di dalam dunia kerja!

Sumber : RenunganSpirit.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

free counters
Free counters
No Rek : Nomer Rekening
A/N : Nama Anda

VISITORS ON THIS BLOG