Rabu, 24 Agustus 2011

Hidup Atau Mati ?



Bacaan: Lukas 14:34-35

Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?- Lukas 14:34


Bagi penggemar burung, membeli burung dengan harga sangat mahal pun tidak jadi masalah. Taruh saja satu burung berharga sepuluh juta rupiah. Semua orang menganggap itu adalah harga yang wajar karena burung tersebut mengeluarkan kicauan yang sangat bagus. Tapi saat burung itu mati, apakah burung tersebut masih laku dijual? Meskipun hanya dengan harga sepuluh ribu rupiah? Tentu saja tidak akan ada yang mau. Siapa yang sudi membeli mayat? Hanya membuat repot karena harus mengubur. Bukankah lebih baik dibelikan daging saja yang masih bisa dinikmati. Karena itu burung semahal apapun tidak akan ada gunanya kalau sudah mati.
Sebagai umat yang telah ditebus dengan darah-Nya, kita sangatlah berharga. Karena kita adalah manusia yang berharga, secara rohani harusnya kita juga bisa melakukan hal yang luar biasa. Mampu melakukan banyak hal yang bisa membuat pemilik kita yaitu Bapa di Surga merasa bangga. Tapi kalau kita ‘mati’, kita menjadikan diri kita sendiri menjadi tidak berarti. Mati berarti tidak mampu melakukan hal-hal yang membuat Bapa senang, tidak menjadi berkat bagi orang lain karena tidak menghasilkan buah, bahkan kita tidak mampu jadi berkat untuk diri sendiri, dengan begitu tentu saja kita tidak bisa menjadi jawaban bagi mereka yang membutuhkan kasih Kristus.
Garam yang sangat berharga itu tidak akan berguna lagi dan hanya diinjak orang kalau sudah menjadi tawar. Kita adalah garam dunia, jangan sampai kita menjadi tawar. Jangan sampai kita gagal menjadi garam bagi dunia ini. Jangan sampai kita menjadi garam yang tanpa rasa dan tak berfungsi. Jangan sampai kita yang semula sangat berharga menjadi kehilangan arti karena mengalami kematian rohani. Itu sebabnya kita perlu menjaga kehidupan rohani kita sedemikian rupa, hingga memiliki kehidupan rohani yang sehat. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Apakah kita “hidup” ataukah sebenarnya kita “mati”? Kalau kita “mati”, maka hidup kita hanya sebuah kesia-siaan dan sama sekali menjadi tidak berarti.
Jangan sampai kita gagal menjadi garam.

From  : Renungan Spirit
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

7991
free counters
Free counters
No Rek : Nomer Rekening
A/N : Nama Anda

VISITORS ON THIS BLOG